Kabul, Afghanistan, (ANTARA News) - Gulbuddin Hekmatyar, pemimpin faksi Hezb-e-Islami di Afghanistan, pada Ahad (16/12) mendesak Taliban agar bergabung dengan dia dalam pemilihan presiden mendatang di negara yang dicabik pertempuran itu.

Pemungutan suara bersejarah dalam pemilihan presiden dijadwalkan berlangsung pada April tahun depan, dan Presiden saat ini Mohammad Ashraf Ghani menjadi calon utama.

Ketika berbicara dalam satu taklimat di markas partainya di Kabul, Hekmatyar mengatakan Taliban telah didekati oleh partainya untuk ikut dalam proses pemungutan suara dalam satu landasan.

Ia juga berikrar mengenai bagian yang adil di dalam pemerintah masa depan di Kabul buat anggota Taliban.

Sejauh ini Taliban tidak menanggapi pernyataan Hekmatyar, kata Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang.

Namun, Taliban dilaporan telah meminta perunding utama perdamaian AS, Zalmay Khalilzad, untuk menunda pemungutan suara pada April, kata lembaga penyiaran lokal Radio Azadi.

Dalam diplomasi ulang-alik yang diperluas, Khalilzad dijadwalkan bertemu dengan para pejabat Pakistan di Islamabad, Pakistan, pada Senin untuk mendorong penyelesaian damai bagi perang Afghanistan.

Hekmatyar juga mengecam pemilihan anggota Parlemen di Afghanistan pada Oktober sebagai "secara sistematis direkayasa dan dicurangi". Ia menyeru Pemerintah di Kabul agar menolak semua pemungutan suara tanpa pengabsahan biometrik para pemilih.

Pada awal tahun ini, Hekmatyar --mantan pemimpin Mujahidin Afghanistan-- melontarkan gagasan mengenai penetapan "zona aman" buat Taliban dalam upaya mendorong anggota faksi itu untuk bergabung dalam proses perdamaian.

Namun Zabihullah Mujahed, Juru Bicara Taliban, telah mencap gagasan tersebut sebagai "tindakan yang praktis memecah Afghanistan".

Pada Juni 2017, setelah ia kembali dari pengasingan selama 20 tahun, Hekmatyar kembali menegaskan dukungannya buat pemerintah di Kabul, yang dipimpin oleh Presiden Mohammad Ashraf Ghani. Hekmatyar bersama Ashraf Ghani menandatangani kesepakatan perdamaian pada September 2016.

Tokoh yang berusia 70 tahun tersebut kini tinggal di sebelah markas partai politiknya di pusat Kota Kabul, dan telah berjanji pada sejumlah kesempatan untuk menjadi penengah antara Taliban dan pemerintah.
 

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018