Pohon yang ditanam bersama mahasiswa, lembaga swasta, lembaga pemerintah, komunitas, maupun masyarakat perorangan ini merupakan pohon khas yang secara ekosistem biasa tumbuh di daerah resapan air
Samarinda, (ANTARA News) - Pegiat sungai di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur yang tergabung dalam Gerakan Memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) bersama masyarakat yang peduli, berhasil menanam sekitar 7.000 pohon.

"Pohon yang ditanam bersama mahasiswa, lembaga swasta, lembaga pemerintah, komunitas, maupun masyarakat perorangan ini merupakan pohon khas yang secara ekosistem biasa tumbuh di daerah resapan air," kata Ketua GMSS-SKM, Misman di Samarinda, Senin.

Ia menjelaskan jenis pohon khas pinggir sungai maupun khas kawasan perairan tawar yang sudah tertanam sejak tahun 2016 hingga saat ini antara lain rengas, bungur, kademba, singkuang, putat, bengalon dan aneka spesies lainnya.

Aneka pohon tersebut sejak ditanam dua tahun lalu hingga sekarang terus dipelihara semampunya karena personilnya memang terbatas, namun ia bersyukur karena ada sejumlah komunitas yang datang membantu merawat dan menyulam tanaman yang mati.

Jika ada komunitas maupun perorangan yang datang ingin membantu merawat sungai agar ke depan sungainya bersih dan sehat, lanjut Misman, ada beberapa teknik yang pihaknya lakukan, antara lain memberikan pemahaman tentang peran dan fungsi sungai, mengajak membibitkan, membuat lubang tanam, memelihara, menanam, berwisata, bahkan memungut sampah di sungai.

"Kita lihat kondisinya dulu, baru kita tentukan aksi. Misalnya, jika banyak tanaman lama tidak dipelihara, maka mereka yang datang diarahkan menyiangi rumput dan menyulam tanaman yang mati. Jika semua tanaman dalam keadaan aman, maka mereka yang datang diarahkan membuat lubang tanam kemudian menanaminya, begitu seterusnya," katanya.

Ia mengaku bahagia karena bibit yang ditanam bersama masyarakat yang peduli tersebut saat ini mengalami pertumbuhan baik dan subur, bahkan tinggi pohon banyak yang sudah di atas 2 meter dengan cabang yang menggembirakan, sedangkan bibit yang baru beberapa bulan ditanam terus mendapat pengawasan agar tumbuh subur.

Misman menyadari bahwa bibit yang ditanam di bantaran Sungai Karang Mumus tersebut terlalu rapat karena jaraknya hanya sekitar 1 meter antara pohon satu dengan pohon yang lain, namun hal itu dilakukan salah satu alasannya adalah kelak akan terseleksi oleh alam, yakni mana pohon yang kuat akan terus tumbuh, sedangkan pohon yang lemah akan mati.

Ia melanjutkan bahwa salah satu fungsi sungai adalah secara hidrologi sebagai alat untuk mengalirkan air permukaan baik yang berasal dari hujan, rawa, parit, dan lainnya, sehingga dengan banyaknya tanaman dan tumbuhan di riparian maupun ruang sungai, maka akan mampu memfilter air polutan sebelum akhirnya dialirkan untuk dikonsumsi manusia maupun makhluk lain.

Air yang mengalir ke sungai tidak ada yang menjamin kebersihan dan kesehatannya karena banyak limbah yang masuk, maka filter alami harus ada sehingga tumbuhan harus banyak di ruang sungai.

"Selain sebagai filter, pohon yang kita tanam juga menjadi hutan kota, tempat wisata, penahan erosi, tempat berkembangnya satwa, dan puluhan fungsi lain," demikian Misman.

Baca juga: Mahasiswa dan Dekan bersih-bersih Sungai Karang Mumus

Baca juga: Ikan di Delta Mahakam aman dikonsumsi

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018