kerja sama di antara dua perusahaan, meliputi perawatan pesawat terbang dan layanan industri, pemanfaatan fasilitas, termasuk penyediaan fasilitas baru serta pertukaran keterampilan dan kemampuan antara dua perusahaan.
Tangerang (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF AeroAsia) menjalin kerja sama dengan  PT Indopelita Aircraft Service yang merupakan anak usaha Pelita Air Service atau cucu usaha PT Pertamina (Persero) dalam pemanfaatan fasilitas hanggar serta layanan industri. 

Penandatangan kerja sama  dilakukan oleh Direktur Utama GMF AeroAsia Iwan Joeniarto dan Direktur PT IAS Sabar Sundarelawan di Hanggar 4 GMF AeroAsia, Tangerang, Rabu.

Iwan merinci kerja sama di antara dua perusahaan, meliputi perawatan pesawat terbang dan layanan industri, pemanfaatan fasilitas, termasuk penyediaan fasilitas baru serta pertukaran keterampilan dan kemampuan antara dua perusahaan.

“Hal ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kapabilitas dan kapasitas GMF dan memperkuat posisi di industri aviasi. IAS memiliki fasilitas hanggar yang dapat kita manfaatkan untuk menampung kapasitas perawatan pesawat yang terus meningkat,” katanya.

Selain itu,  pihaknya juga akan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas bengkel mesin turbin gas industri (IGTE). 

“Perawatan dalam hal ‘gas turbin engine’ yang biasa dipakai Pertamina atau di PLN. Kita akan lihat fasilitas IAS ini bisa kita manfaatkan. Indo Pelita ini afiliasinya Pertamina. Pertamina kan boleh tunjuk langsung ke anak usahanya yang punya kapabilitas atau anak usaha bisa berpartner untuk mempunyai kapabilitas,” katanya. 

IGTE memiliki pasar yang cukup menjanjikan, karena itu, GMF bersama IA bersinergi memantapkan pengerjaan perawatan IGTE.

“Untuk permulaan kami akan garap IGTE milik induk usaha IAS,” katanya. 

Iwan mengatakan kerja sama tersebut berjangka waktu selama 10 tahun untuk menyerap pasar perwatan pesawat dalam negeri lebih banyak. 

“Jadi kita ingin supaya semua fasilitas perawatan di Indonesia menjadi jelas. Yang ujungnya kita ingin konten lokal bisa kita naikkan, sehingga pesawat atau industri aviasi ini bisa dikerjakan di Indonesia,” katanya. 

Dalam kesempatan sama, Direktur Utama IAS Sabar Sundarelawan mengatakan masing-masing pihak memiliki keunggulan masing-masing dan jika disinergikan dapat membawa keuntungan lebih besar lagi bagi masing-masing pihak.

“Jadi proses IGTE itu ya sama seperti mesin pesawat. Jadi intinya secara teknis kita sudah punya kemampuan yang baik untuk melakukan perawatan industrial gas turbin ini. Karena itu, dengan kemampuan yang ada kita merambah ke IGTE sangat cocok dengan kemampuan yang kita punya. Kalau pesawat kan faktor keselamatannya lebih tinggi dibanding dengan IGTE,” katanya.
Baca juga: GMF-BUMN China bangun pabrik ban pesawat tahun depan
Baca juga: GMF kebanjiran pesanan perawatan pesawat penerbangan hemat India


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019