Kalau pada debat pertama kan ada kisi-kisinya, jadi otentiknya tidak terlihat, nah pada debat kedua kali ini tidak ada kisi-kisi jadi kedua capres akan lebih natural memperlihatkan jawaban otentiknya
Jakarta,  (ANTARA News) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai pada debat Calon Presiden (capres) 17 Februari 2019 kedua calon akan terlihat lebih otentik. 

"Kalau pada debat pertama kan ada kisi-kisinya,  jadi otentiknya tidak terlihat, nah pada debat kedua kali ini tidak ada kisi-kisi jadi kedua capres akan lebih natural memperlihatkan jawaban otentiknya," kata Hendri Satrio kepada Antaranews.com di Jakarta,  Selasa. 

Hendri memprediksi debat kedua ini akan lebih banyak serangan dari kedua pihak, dan ia meyakini akan lebih seru daripada debat pertama. 

Penyajian data juga harus disajikan dari kedua pihak,  mengingat tema debat kedua lebih banyak mengenai perkembangan ekonomi, khususnya ekonomi, energi dan pangan. 

Dengan adanya data,  diharapkan adu keakuratan data lebih tersaji, sehingga masyarakat akan lebih jelas dengan maksud data yang selama ini dipertanyakan. 

"Menurut saya jawaban salah dari capres justru tidak apa-apa, karena itu menunjukkan otentiknya, atau jawaban tidak tahu juga tidak masalah, tinggal bagaimana capres menyampaikan ketidaktahuannya, makanya harus siap-siap data," kata Hendri menjelaskan. 

Sementara itu pendapat lainnya, Kedua calon presiden akan ditantang mencetuskan solusi untuk penurunan impor migas dan juga lambatnya peningkatan eksplorasi minyak, di mana kedua masalah itu telah menjadi biang kerok defisit neraca migas yang sebesar 11,6 miliar dolar AS pada 2018.

Dihubungi Antara di Jakarta Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu mengatakan impor migas, termasuk di dalamnya impor minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) telah sangat membebani defisit neraca transaksi berjalan dan turut menguras cadangan devisa di 2018.

Ketika permintaan BBM dalam negeri terus meningkat, kata Gus Irawan, kegiatan eksplorasi sumber-sumber migas justeru terus menurun. "Produksi bukan lagi stagnan, tapi menurun. Itu akhirnya impor migas kita naik terus. Belum ada kebijakan signifikan bisa menaikkan 'lifting' minyak," kata Gus.

Politisi Gerindra itu mengatakan meningkatnya impor migas ini dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sumber keprihatinan mengenai ketahanan energi di Tanah Air. 

Baca juga: Pengamat ingatkan capres agar perkuat nelayan percepat poros maritim
Baca juga: Debat capres dan komitmen untuk energi terbarukan


 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019