Ahli-ahli transportasi kereta api kita juga lupa terhadap perlintasan kereta api sebidang, kebanyakan selalu merekomendasikan memakai JPO, padahal dengan membuat perlintasan sebidang yang rata dengan rel pun bisa
Oleh Nova Wahyudi

S (ANTARA) - Setiap hari orang-orang menyeberangi jalur dengan tujuh lintasan kereta api di dekat stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, karena tidak punya pilihan tempat menyeberang yang aman.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak sekolah juga menyeberang di sana, beberapa tampak was-was, beberapa kali menengok ke kanan dan kiri khawatir kereta tiba-tiba datang melintas.

Ketika ada kereta mendekat, mereka berhenti, membiarkan kendaraan beroda besi itu lewat lebih dulu, baru melanjutkan menyeberangi perlintasan kereta yang lebarnya 30 sampai 40 langkah kaki orang dewasa.

Perlintasan kereta sebidang itu ramai setiap pukul 06.00 WIB, ketika orang-orang berangkat menuju tempat kerja dan anak-anak berangkat sekolah, serta pukul 16.00 WIB, saat orang-orang pulang dari berbagai tempat.

Selama ini, warga yang akan melintasi jalur kereta tersebut mendapat panduan dari Deny Alexander (45).

Setiap hari, sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB, Deny berdiri di tengah lintasan kereta itu, sigap memberi aba-aba kepada para penyeberang kalau ada kereta yang akan lewat.

"Stop...stop...stop dulu," demikian Deny memberi aba-aba kepada penyeberang ketika ada kereta mau lewat.

Deny mengatakan selama membantu orang menyeberang di lintasan kereta itu, dia belum melihat ada pejalan kaki yang mengalami kecelakaan.

"Kalau di sini tidak pernah terjadi kecelakaan, atau pun penjalan kaki yang terserempet kereta. Kalau diujung sana baru-baru ini ada terserempet kereta, itu pun orangnya lagi buang air kecil di pinggir rel, lalu terserempet," kata Deny, yang mendapat imbalan sukarela dari warga yang menyeberang.


Was-was

Eka Fadillah Rizki (17) setiap hari menyeberangi lintasan kereta dekat Stasiun Jatinegara untuk menuju SMK Negeri 40 Utan Kayu tempat dia sekolah.

Meski was-was dia tetap melewatinya karena tidak ada akses penyeberangan lain yang lebih dekat dan aman.

"Saya berharap ada JPO di atas perlintasan rel kereta api ini, supaya tidak was-was lagi kalau mau menyebrang," kata dia

Sekretaris Lurah Pisangan Baru, Jakarta Timur, Hery Kurniawan mengatakan sejak tahun 2016 kelurahan sudah mengusulkan pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) untuk warga di daerah itu.

"Kita sudah mengusulkan, tapi lokasi tersebut menjadi kewenangan Kementerian Perhubungan. Dari Kemenhub mengatakan bahwa masih dalam proses lelang," kata Hery mengutip informasi yang diketahui oleh Lurah.

Meski demikian, menurut Koalisi Pejalan Kaki (KPK), jembatan penyeberangan bukanlah solusi terbaik bagi masalah ini.

Ketua KPK Alfred Sitorus mengatakan JPO mestinya tidak menjadi satu-satunya opsi bagi pejalan kaki, karena sarana itu akan sangat menyulitkan bagi warga dengan kondisi khusus, seperti ibu hamil, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas.

Menurut dia, para pemangku kepentingan terkait mesti duduk bersama untuk membahas penyediaan jalur penyeberangan aman dan nyaman bagi warga yang melewati perlintasan kereta sebidang.

Ia mengatakan, "Ahli-ahli transportasi kereta api kita juga lupa terhadap perlintasan kereta api sebidang, kebanyakan selalu merekomendasikan memakai JPO, padahal dengan membuat perlintasan sebidang yang rata dengan rel pun bisa."

"Resmikan saja perlintasan itu sebagai perlintasan sebidang resmi untuk pejalan kaki, dengan ditambahkan petugas resmi dan palang otomatis," Alfred menambahkan.

Menurut dia pemerintah Indonesia bisa belajar dari negara seperti Jepang, yang membuat perlintasan rel kereta api sebidang dengan pengaturan palang otomatis.

Baca juga: KAI-Komunitas Railfans sosialisasi keselamatan di perlintasan sebidang

Baca juga: Meminimalisasi kecelakaan di perlintasan sebidang

 

Pewarta: Virna P Setyorini/Nova Wahyudi
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019