Meulaboh, Aceh (ANTARA) - Pegiat lingkungan yang tergabung dalam Selamatkan Isi Alam dan Flora Fauna (SILFA) Aceh mendukung pembentukan kawasan konservasi penyu di Kabupaten Simeulue untuk menjaga habitat kura-kura laut di pulau terluar Provinsi Aceh itu.

Mereka sudah menemui para pemangku kepentingan terkait di Simeulue untuk mendukung penyiapan qanun atau peraturan daerah mengenai penetapan kawasan konservasi penyu. 

"Kita sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar untuk bersama-sama menjaga dan mengelola kawasan konservasi penyu tersebut," kata Direktur Eksekutif SILFA Aceh Irsadi Aristora saat dihubungi dari Meulaboh, Sabtu.

Pelibatan warga sekitar, ia mengatakan, penting dalam pengelolaan kawasan konservasi dan pelestarian habitat penyu di kawasan pesisir Simeulue. 

Irsadi mengatakan bahwa di Simeulue dia melihat banyak telur penyu diperjualbelikan. "Itu menunjukkan bahwa di sana banyak habitat penyu dan penyu masih menyukai pantai setempat untuk bertelur, maka harus dijaga," ia menambahkan.

Saat melakukan observasi dan pemetaan lokasi penangkaran penyu di Simeulue, pegiat SILFA menemukan beberapa lubang tempat penyu bertelur dan telur-telur penyu. Di kawasan Pantai Lasikin misalnya, pegiat SILFA menemukan 80 telur penyu hijau dan 29 telur penyu belimbing.

Selama ini, menurut Irsadi, warga sekitar masih mengonsumsi telur penyu. Pembentukan kawasan konservasi, ia melanjutkan, memungkinkan pengaturan pengelolaan habitat untuk minimal membatasi pengambilan telur penyu di pantai.

Kalau telur-telur penyu tidak diambil dan dibiarkan menetas dan tumbuh, ia menjelaskan, maka populasi penyu di Simeulue akan meningkat dan pemerintah daerah bisa membangun kawasan wisata penyu yang bisa mendatangkan penghasilan bagi warga sekitar.

"Tanggal 14 April 2019 ini, akan ada telur penyu dalam penangkaran yang menetas dan akan dilepas bersama pemda. Harapan kita Simeulue menjadi daerah wisata penyu sebagaimana di Aceh Jaya," katanya.

 

Pewarta: Anwar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019