Kediri (ANTARA News) - Dinilai masih berpotensi meletus, status Gunung Kelud masih tetap Awas (Level IV) dan tidak jadi diturunkan seperti rencana semula. Kabid Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Muhammad Hendrasto, di Kediri, Selasa sore mengungkapkan, dari tiga opsi yang ada, pihaknya memilih opsi tetap memberlakukan status Awas. "Meskipun ada kejenuhan bagi para pengungsi, termasuk kami sendiri yang bekerja di PPGA (Pos Pengamatan Gunung Api) Margomulyo, namun kami tetap memilih opsi tetap memberlakukan status Awas, karena tujuan dari mitigasi adalah menghindari jatuhnya korban jiwa dan harta benda," katanya dalam menyampaikan keterangan pers di Balai Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar. Para pejabat PVMBG sepakat tidak memilih dua opsi yang sempat tercetus dalam rapat di PPGA Margomulyo, Desa Sugihwaras sejak Senin (29/10) siang hingga Selasa siang. Menurut Hendrasto, dua opsi tersebut adalah pertama, jika status Awas diturunkan menjadi Siaga (Level III) diikuti dengan kepulangan pengungsi ke rumah-rumah masing-masing lalu terjadi tanda-tanda erupsi, maka waktu tiga jam tidak cukup untuk mengevakuasi kembali warga yang sudah berada di rumah. Kemudian opsi kedua, lanjut dia, jika status Awas diturunkan menjadi Siaga, kemudian muncul tanda-tanda erupsi yang diikuti dengan peningkatan status lagi dari Siaga ke Awas, akan terjadi kepanikan-kepanikan luar biasa. "Kedua opsi ini sangat beresiko dan sangat mungkin terjadi jatuhnya korban jiwa, karena itu kami memilih opsi yang paling aman, yakni status Gunung Kelud tetap Awas sampai sekarang," katanya. Ia menjelaskan, status Gunung Kelud bisa saja diturunkan asalkan tidak ada peningkatan suhu air danau kawah, tidak terjadi inflasi deformasi tubuh gunung, dan tidak terekam lagi data kegempaan vulkanik dalam dan vulkanik dangkal. Sementara itu sampai saat ini tiga parameter tersebut masih terus terjadi, kendati untuk kegempaan tidak ada peningkatan secara signifikan sejak 16 dan 19 Oktober 2007 lalu. Hendrasto menyebutkan, aktifitas Gunung Kelud saat ini masih berpotensi terjadinya letusan dengan beberapa indikator. Diantaranya peningkatan suhu air danau kawah secara periodik dan pada pukul 12.00 WIB telah mencapai 39,5 derajat celsius di kedalaman 15 meter, enam jam sebelumnya 39,4 derajat celsius. Warna air danau kawah saat ini menjadi hijau kekuning-kuningan dari sebelumnya hijau keputih-putihan dan hijau kebiru-biruan. Sedang pusat kegempaan saat ini semakin mendekat ke permukaan air danau kawah (dari kedalaman 3,5 kilometer menjadi 1,5 kilometer) dan rata-rata kegempaan terjadi delapan sampai sembilan kali per hari baik tremor, vulkanik dangkal, dan vulkanik dalam. Puncak kegempaan terjadi pada 16 Oktober saat penetapan status Awas, yakni mencapai 510 kali di kedalaman 700 meter hingga satu kilometer di bawah permukaan air danau kawah, namun tidak diikuti letusan. Hal ini jauh melampaui kegempaan beberapa saat sebelum letusan 10 Februari 1990 yang tercatat hanya 327 kali. Sedang dari sisi deformasi, telah terjadi peningkatan baik dari sudut tangensial (peningkatan permukaan gunung yang sejajar dengan danau kawah) maupun radial (peningkatan tubuh gunung yang mengarah ke danau kawah) yang berarti ada sinkronisasi tekanan fluida ke magma. "Hanya sekarang ini belum ada energi yang cukup untuk memuntahkan sumbat lava yang berada di bawah danau kawah sehingga kegempaan yang terjadi sekarang ini tidak diikuti letusan," kata Hendrasto. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007