Kediri (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Kelud, yang sejak 11 September 2007 menunjukkan peningkatan siginifikan, ternyata hanya menghasilkan letusan effusif (letusan perlahan), oleh sebab itu status Awas (Level IV) Gunung Kelud dicabut dan dikembalikan ke Siaga (Level III). Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, dalam keterangannya, Kamis, menyatakan terhitung sejak 8 November 2007 pukul 04.05 WIB, status Gunung Kelud menjadi Siaga. Menurut dia, keputusan tersebut didasarkan pada beberapa hal, antara lain energi yang dibangun sejak status Waspada (Level II) pada 11 September 2007 (Waspada) hingga 3 November 2007 hanya menghasilkan erupsi efusif. Gempa tremor vulkanik yang terekam pada seismograf dihasilkan dari proses pelepasan energi pembentukan kubah lava. Dengan tidak adanya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal berarti tidak ada akumulasi energi. Hal ini tampak juga pada data tiltmeter yang datar (stabil) dan tidak ada inflasi dan deflasi. "Berdasarkan data-data ini, energi yang terakumulasi sejak 11 September sebagian besar telah dilepaskan dalam proses erupsi efusif dan secara menerus digunakan untuk pertumbuhan kubah lava yang dimanifestasikan oleh tremor vulkanik menerus yang terekam hingga saat ini," katanya. Dengan tidak adanya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal, maka tidak ada penambahan energi dari dalam tubuh Gunung Kelud. "Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya inflasi dan deflasi pada alat pemantau deformasi (tiltmeter) di Gunung Sumbing dan Gunung Lirang. Dengan kondisi tersebut, maka kecil kemungkinan bahkan dapat dikesampingkan masih adanya sisa energi dalam tubuh Gunung Kelud yang dapat memicu letusan yang mendobrak kubah lava yang saat ini masih dalam pertumbuhan," katanya menjelaskan. Sedang masih adanya sisa air danau kawah, berpotensi terjadi pembentukan uap yang menyebabkan kemungkinan terjadinya letusan freatik. Sementara energi letusan freatik ini kecil kemungkinan dapat membongkar kubah lava. Surono menambahkan, berdasarkan hasil pengolahan data pemantauan dan penyelidikan kegempaan, deformasi, temperatur air danau kawah, dan visual, karakter erupsi Gunung Kelud mengalami perubahan, dari erupsi yang bersifat eksplosif (ledakan) yang dimanifestasikan oleh letusan yang besar, berlangsung singkat, tidak didahului oleh tanda-tanda secara visual berupa letusan awal yang beraturan mulai dari letusan kecil hingga letusan besar. Selang waktu yang singkat antara fasa letusan secara instrumental dengan letusan besar, menjadi erupsi yang bersifat efusif yang dimanifestasikan oleh terbentuknya kubah lava. Kegempaan Pemantauan kegempaan dilakukan dengan menggunakan empat stasiun seismik di sekitar kawah dan satu stasiun di luar kawah. Data kegempaan dikirim melalui radio pancar dari tiap stasiun ke Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud di Dusun Margomulyo, Desa Sugiwharas, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang berjarak sekitar 7,5 kilometer dari kawah. Masa krisis kegempaan dimulai pada 1 November 2007 dan sejak 2 November 2007 pukul 11.07 WIB, alat seismograf merekam gempa tremor vulkanik menerus yang merupakan aktivitas dangkal dari proses bergeraknya magma ke permukaan. Energi tremor vulkanik mencapai puncaknya ditengarai dengan amplituda "over scale" pada 3 Nopember 2007, pukul 16.00 WIB selama 40 menit. Hingga saat ini terekam tremor vulkanik menerus yang dihasilkan dari proses embusan gas (asap) yang merupakan proses pelepasan energi yang terakumulasi dari 11 September 2007 hingga 3 November 2007. Deformasi Pemantauan deformasi di Gunung Kelud dilakukan dengan memasang dua stasiun tiltmeter di Gunung Sumbing dan Gunung Lirang (di sekitar Gunung Kelud). Pengiriman data dilakukan secara telemetri dengan menggunakan radio pancar dari tiap stasion ke PPGA Margomulyo Dari data pemantauan deformasi di Gunung Sumbing yang berjarak 600 meter barat- daya kawah Gunung Kelud menunjukkan adanya deflasi yang tajam sebesar 20 mikroradian pada komponen radial (tegak lurus kawah) dan inflasi pada komponen tangensial (sejajar kawah) sebesar 23 mikroradian yang terjadi mulai 3 Nopember 2007 pukul 13.35 WIB. Hasil pengukuran deformasi tiltmeter di stasiun Gunung Lirang menunjukkan terjadi inflasi yang tajam sejak 3 Nopember 2007 pukul 17.42 WIB pada komponen tangensial maupun radial. Sejak 6 November 2007 hasil pengukuran deformasi tiltmeter di stasiun Gunung Sumbing menunjukkan komponen radial mengalami deflasi dan komponen tangensial datar. Dari hasil pemantauan deformasi sejak tanggal 6 Nopember 2007 menunjukkan bahwa proses miringnya Danau Kawah Gunung Kelud melambat menuju keseimbangan. Temperatur Peningkatan kegiatan Gunung Kelud ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah yang dipantau di permukaan, pada kedalaman 10 dan 15 meter dari permukaan air yang dipasang di tengah danau kawah. Peningkatan temperatur secara signifikan terjadi mulai 2 November 2007, pukul 06.00 WIB hingga alat tidak berfungsi pada 4 November 2007 pukul 17.30 WIB yang disebabkan adanya pertumbuhan kubah lava yang merusak platform stasiun temperatur. Pengukuran temperatur air danau kawah mencapai 77,5 derajat celsius di kedalaman 15 meter, 64,0 derajat celsius di kedalaman 10 meter, dan 70,5 derajat celsius pada bagian permukaan. Pengukuran temperatur dengan kamera termal infra merah dilakukan pada 6 Nopember 2007 yang memperlihatkan temperatur permukaan air danau kawah sekitar 75 derajat celsius dan temperatur permukaan kubah lava berkisar antara 150 derajat celsius hingga 210 derajat celsius. Visual Pemantauan visual dilakukan dengan cara pengamatan kawah melalui kamera sirkuit yang dipasang di Gunung Lirang, serta melalui pengambilan foto langsung di kawah. Hasil pemantauan secara visual menunjukkan adanya perubahan warna air danau kawah. Sebelum krisis 16 Oktober 2007 (status Awas), air danau kawah berwarna hijau keputihan. Namun setelah krisis, air danau kawah berwarna hijau dominan yang kemudian berubah menjadi hijau kekuningan sejak tanggal 26 Oktober 2007 hingga tanggal 2 November 2007. Data visual dari kamera sirkuit pada 3 November 2007 memperlihatkan bahwa permukaan air danau kawah berwarna hijau keruh serta mengalami peningkatan hingga merendam pelataran inlet (terowongan air) yang diperkirakan berada pada ketinggian lima meter dari permukaan air danau kawah pada kondisi normal. Pada 4 November 2007, dari PPGA Margomulyo, Gunung Kelud teramati adanya asap putih tebal dengan ketinggian sekitar 500 meter dari puncak. Rekaman kamera sirkuit memperlihatkan bahwa asap tersebut berasal dari kubah lava di tengah danau kawah. Hingga saat ini kubah lava terlihat terus berkembang, namun perkembangan secara detailnya tidak dapat teramati dengan jelas karena terhalangi oleh asap yang terus keluar dari kubah lava tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007