Wellington, Selandia Baru (ANTARA) - Setelah serangan di Christchurch, Selandia Baru pada Rabu menyatakan akan bekerja sama dengan Prancis dalam upaya menghentikan sosial media dimanfaatkan untuk mendorong terorisme dan ekstremisme.

Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan di dalam satu pernyataan ia bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron akan memimpin pertemuan di Paris pada 15 Mei. Pertemuan tersebut akan meminta para pemimpin dunia dan perusahaan teknologi menyepakati satu janji, yang dinamakan Christchurch Call, untuk menghapuskan tulisan yang mendukung  terorisme dan ekstremisme dengan kekerasan di Internet.

Seorang lelaki bersenjata menewaskan 50 orang di dua masjid di Christchurch pada 15 Maret, sambil menyiarkan secara langsung pembunuhan itu di Facebook.

Brentor Tarrant (28), tersangka supremasi kulit putih, telah dituntut dengan 50 pembunuhan dalam penembakan massal tersebut.

"Penting bahwa landasan teknologi seperti Facebook tidak diselewengkan sebagai alat terorisme, dan sebaliknya harus menjadi bagian dari penyelesaian global guna menanggulangi terorisme," kata Ardern di dalam pernyataan.

"Pertemuan ini merupakan kesempatan baik bagi satu tindakan persatuan antara pemerintah dan perusahaan teknologi," tambah wanita perdana menteri tersebut.

Pertemuan itu diadakan berbarengan dengan pertemuan Teknologi buat Kemanusiaan para menteri digital G7, yang diketuai oleh Prancis, dan pertemuan puncak terpisah Teknologi buat Kebaikan di Prancis, keduanya pada 15 Mei, kata pernyataan tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: Pelaku penembakan massal Christchurch beli senjata di internet
Baca juga: AS siap bantu Selandia Baru pascapembunuhan massal di masjid

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019