Surabaya (ANTARA News) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Sumardjono, meminta pengertian warga Alastlogo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Jatim), yang selama ini menolak penggunanaan lahan untuk pusat latihan tempur (Puslatpur) TNI AL. "Saya minta pengertian masyarakat agar paham mengenai keberadaan TNI ini. Di negara manapun selalu menginginkan militernya menjadi kuat," katanya, seusai memimpin peringatan Hari Armada atau HUT ke-62 TNI AL di Koarmatim, Surabaya, Rabu. Ia mengemukakan, militer yang kuat itu akan menjadi daya tawar suatu negara terhadap negara lain. Selain itu, dengan militer yang kuat, maka akan menjamin stabilitas karena rakyat akan terlindungi dari gangguan pihak asing. Oleh karena itu, menurut dia, TNI AL memanfaatkan lahan tersebut dalam rangka merwujudkan prajurit yang besar, kuat, profesional dan solid. "TNI AL memanfaatkan lahan di Puslatpur Grati, Pasuruan untuk latihan para penerbang. Sekarang TNI AL sudah kehilangan daerah latihan untuk penerbang yang selama ini menggunakan Bandara Juanda," katanya menambahkan. Menurut dia, tingkat pengunaan bandara Juanda untuk kepentingan ekonomi saat ini sangat tinggi, dan arena itu sudah tidak memungkinkan lagi penerbang TNI AL melakukan latihan di daerah tersebut. Kalau TNI AL memaksakan diri melakukan latihan di bandara Juanda, maka akan mengganggu perkenomian nasional. Karena itu, TNI AL mengalah dengan memanfaatkan lahan di daerah Alastlogo yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Juanda. "Alastlogo kami nilai sangat tepat, karena hanya sekitar 10 menit penerbangan dari Juanda. Pemilihan di Alastlogo itu tidak akan mengganggu perekonomian nasional. `Home base` penerbang tetap di Juanda," katanya menjelaskan. Pembangunan landasan pacu di kawasan Puslatpur Grati mendapatkan tantangan dari masyarakat setempat. Warga melakukan protes atau penolakan terhadap pembangunan itu, dengan cara memblokir jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Sebelumnya, warga juga melakukan penolakan terhadap penggunaan lahan di kawasan Grati untuk kepentingan TNI AL. Bahkan penolakan itu sempat menelan korban empat warga tewas terkena tembakan Marinir. Hingga kini, pelaku penembakan yang menewaskan warga itu belum diadili, karena berkas pemeriksaan dari Polisi Militer TNI AL (Pomal) yang dinyatakan P21 (lengkap) masih ada Oditur Militer (Odmil) Surabaya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007