Makkah (ANTARA News) - Jemaah Calon Haji (JCH) Indonesia asal Kelompok Terbang (Kloter) 25 Jakarta-Bekasi yang menderita keracunan sudah dibolehkan kembali ke pemondokannya masing-masing, setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Hera dan RS Zaher, Makkah, Rabu, dengan kondisi membaik. JCH Indonesia yang menderita keracunan itu sebanyak 16 orang, dan diindikasikan keracunan makanan yang dikonsumsi dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah. "Kami sudah kirim petugas dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) ke rumah sakit tersebut. Ternyata, syukur, hasilnya membaik dan siap dikembalikan ke pemodokannya masing-masing," kata Wakil Kepala Daerah Kerja (Waka Daker) Bidang Kesehatan, Suhelmi Simon, di BPHI Aziziah, Makkah. Dari laporan yang diterima, setelah ke-16 penderita keracunan itu sampai di RS, mereka langsung diinfus. "Kita tak tahu jenis cairan infusnya. Namun, jemaah kemudian membaik. Hanya dua orang yang di RS Hera terlihat belum penuh betul. Tapi, mereka akan lekas membaik," kata Suhelmi Simon. Peristiwa jemaah keracunan ini berawal tatkala jemaah membayar tarhil, melakukan perjalanan dari Madinah ke Makkah usai Arbain. Pada Selasa (4/12) sekira pukul 07.00 Waktu Arab Saudi (WAS), beberapa jemaah membeli nasi kotak di satu rumah makan yang isinya, antara lain nasi, telur dan sayur. Menurut jemaah, nasi tersebut dibeli sebagai perbekalan dalam perjalanan. Pada tengah hari, jemaah dibagikan makan siang dalam kemasan. Rupanya, jemaah tadi tak menjamah makanan kemasan itu, tetapi melahap bekal tadi. "Mereka makan nasi yang dibeli di jalan pada pukul 14.00 WAS. Dari pasien yang ditanyai, makanan itu sudah terasa asam. Karena lapar, tetap saja dimakan," katanya. Dari hasil peninjauan yang dilakukan tim kesehatan, jemaah berangsur membaik. Dan, pada jam 22.00 WAS disimpulkan bahwa jemaah tersebut terkena keracunan pada tingkatan yang ringan. Tentang indikasi keracunan makanan, ia menjelaskan bahwa BPHI tidak bisa melakukan pengecekan lebih lanjut. Pasalnya, kasus tersebut sudah ditangani pihak rumah sakit setempat. "Jadi, kita tak tahu. Apakah jemaah tersebut keracunan makan akibat mikroba atau zat kimia yang terkandung di dalamnya. Kita tak bisa periksa mereka," ia menjelaskan. Suherlmi Simon menjelaskan, makanan basi mudah membuat seseorang keracunan. Seperti yang terjadi pada Kloter 25 Jakarta-Bekasi itu. Dalam mekanan basi banyak mengandung mikroba dan menyerang pencernaan. Untuk itu ia mengimbau jemaah agar tak makan atau mengkonsumsi makanan yang disimpan terlalu lama. Jangan membeli makanan yang dikemas dan dipajang di toko. Ia menyarankan, agar jemaah mengonsumsi makanan yang sudah disiapkan pihak katering, misalnya untuk Arafah dan Mina. Sebab, siapa yang tahu, kapan makanan itu dibuat. Janganlah mengkonsumsi makanan yang sudah berlendir. Pakar gizi dari BPHI, Anna Ngatmin dan Lettu Novianti menjelaskan makanan yang harus dikonsumsi jemaah Indonesia. Sebaiknya jemaah makan makanan yang disajikan pada saat itu juga dalam kondisi hangat. Makanan aman untuk dikonsumsi bila tak menimbulkan perubahan bentuk, warna dan aroma. Kalau makanan itu sudah berubah bentuk, berwarna dan berlendir, apa lagi bau, makanan itu jelas tak aman untuk dimakan. "Bisa dilihat dari bentuk dan fisiknya," ia menjelaskan. Dari segi higienis, jemaah pun harus bisa membedakan. Misalkan makanan itu harus ditutup. Bila kemasannya sudah menggelembung, artinya di dalamnya sudah ada gas yang diproduksi oleh mikroba pada makanan. Pada makanan dalam kaleng, bisa dilihat dari tanggal kadaluarsanya. Perhatikan juga apakah kaleng itu menggelembung atau penyok. Kalau begitu, makanan pasti tak aman untuk dikonsumsi. Novianti berpendapat agar jemaah mengkonsumsi yang didistribusikan pada saat itu juga. "Jangan menahan atau menunda," imbaunya. Ia mengatakan, makanan akan rusak lebih dari dua jam setelah dikemas. Karena itu sebaiknya jemaah dapat mengkonsumsi makanan yang siap saji. Di sini, Mekkah, banyak sekali yang langsung dimasak di hadapan pembeli. Berikut nama-nama jemaah yang menderita keracunan dan sudah dibolehkan kembali ke pemondokannya. Denny Efendi bin Endit Effendi (44), Delvia Asrita binti Zuber (35), Misnawati bnti Surlin (31), Instanto, IR bin Subandi Sastro (42), Sri Sutarti binti Suratman (40), Iis Aisyah binti Syarifuddin (38), Budi Santoso bin Abu Chaer Quis (50) Kemudian Heryani binti H.Ahbab Sayuti (44), Siti Nurdiyanti binti Hadi Nawawi (48), Dody Elzha MF Setiawan binti Soepomo Effendy (40) Nurhamidah Binti Zuber (44), Sutrisno bin Djumari (38), Nuthamiyati Qodariyah binti Iskandar (42), Lina Murlina SKM binti Mursyid Zulkan (35), Mucheron abdullah bin Mad Rosyid (56) dan Ratnawati Djajanegara, Ir binti Priahutama (40). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007