Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Melihat kenyataan semakin sulitnya perjuangan untuk meraih medali dari hari ke hari, cabang dayung mulai menyadari bahwa sangat sulit untuk memenuhi target yang sebelumnya diusung, yaitu sepuluh medali emas. Pada pertandingan di nomor kano yang berlangsung di Mab Prachan Reservoir Pattaya, Indonesia hanya mampu merebut dua dari total delapan medali emas yang diperebutkan. Kedua emas tersebut berasal dari nomor jarak C1 1000 m putra melalui Eka Octarorianus yang mencatat waktu empat menit 06,390 detik, mengungguli atlet Myanmar Htike Win 4:06.600, disusul oleh Jeremiah Tambor dari Thailand Thammarat Phaophandee (4:11.920). Emas kedua diraih di nomor perahu tradisional jarak 1000m putri yang diawaki sepuluh orang dengan catatan waktu empat menit 22,360 detik. Sepuluh pedayung tersebut adalah Jenny Selvis Yom/Ferida/Multi, Minah Minawati/Anti Marwati, Ibo Mintelda Ibo/Hartawan/ Ika Indiyani/Seni Gantiani/Agustina Kabey/Astri Dwi Jayanti/Imas Masripah. Mereka mengungguli tim tuan rumah Thailand yang mencatat waktu empat menit 22,660 detik, dan tim Filipina (4:22,920). Koordinator bidang Pengendalian dan Evaluasi Satgas Pelatnas Hadi Wiharja yang dihubungi di Pattaya mengakui bahwa dengan empat medali medali emas yang baru diraih, cukup sulit untuk mewujudkan target sepuluh emas seperti yang semula ditetapkan. "Memang berat karena banyak terjadi hal-hal yang berada diluar dugaan. Tapi kami dari tim Satgas baru saja memberikan briefing kepada para atlet agar tampil lebih maksimal," kata mantan lifter yang sudah menyumbang delapan emas saat menjadi atlet. Para atlet juga diminta untuk meniru semangat juang yang telah diperlihatkan oleh atlet Vietnam, seperti ketika mereka berjuang habis-habisan dan akhirnya bisa menyodok pada saat-saat terakhir. Menurut Hadi Wiharja, cabang kano dan perahu tradisional masing-masing masih akan mempertandingkan tujuh dan dua nomor. "Setidaknya, dayung harus menambah tiga emas lagi dari canoeing dan satu lagi dari tradisional boat. Itulah memang kondisi yang terjadi dan harus diterima," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007