Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Hizbut Tahrir yang tersebar di berbagai negara di dunia menyelenggarakan salat Idul Adha 1428 Hijriyah pada hari Rabu (19/12) karena merujuk pada ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi. "Semua anggota Hizbut Tahrir di seluruh dunia mengerjakan salat Id pada hari ini," kata Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Hijrah Dahlan kepada wartawan setelah melaksanakan salat Id di Lapangan Parkir Timur Senayan Jakarta, Rabu. M Hijrah memaparkan, salat Id dilaksanakan Hizbut Tahrir pada hari Rabu (19/12) ini karena pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa wukuf di Padang Arafah dilaksanakan pada Selasa (18/12). Ia mengakui, sebenarnya pemerintah Indonesia, yang menetapkan salat Iduladha 1428 H jatuh pada Kamis (20/12), adalah pihak yang memiliki otoritas dalam menetapkan jadwal salat Id. Namun, menurut dia, pemerintah melalui Departemen Agama telah mengambil keputusan untuk menetapkan salat Id berdasarkan ketentuan yang tidak tepat. Hijrah mengemukakan, pihaknya telah beberapa kali menyampaikan aspirasi ini kepada pemerintah tetapi hasilnya tidak berujung pada kesepakatan dalam menetapkan salat Iduladha 1428 H pada hari yang sama. Sebelumnya, Juru Bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto, pada Kamis (13/12) mengatakan bila umat Islam meyakini bahwa pilar dan inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah, maka mestinya umat di seluruh dunia yang tidak sedang menunaikan ibadah haji menjadikan penentuan hari Arafah di Tanah Suci sebagai pedoman. M Ismail juga menyerukan agar umat Islam di Indonesia khususnya untuk menarik pelajaran dari peristiwa ini sebagai akibat bila umat tidak bersatu. "Umat akan terus terpecah belah dalam berbagai hal, termasuk dalam perkara ibadah... Karena itu, perpecahan ini harus dihentikan," katanya. Hizbut Tahrir itu sendiri adalah organisasi yang didirikan di Yordania sejak tahun 1953 yang bertujuan untuk memperjuangkan terwujudnya suatu kekhilafan tunggal bagi umat Islam sedunia. Cabang dari Hizbut Tahrir tersebar di berbagai negara. Selain di Indonesia, organisasi yang didirikan oleh Taqiyyuddin An Nabhani itu juga menunjukkan eksistensinya antara lain di Australia, Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, Belanda, Denmark, Polandia, Turki, Bangladesh, dan Malaysia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007