Cirebon (ANTARA News) - Tidak ada yang menyangka, musibah merengut dengan cepat jiwa lima pemuda desa yang selama ini dikenal sebagai "santri kalong", dan melukai enam pemuda lainnya, padahal pada malam Idul Adha kemarin mereka melakukan takbiran bersama untuk mengagungkan asma Allah SWT di Mushola Kampung Dongdong, Desa Karangsinom. Sebelas pemuda yang tertabrak truk Colt Diesel, Kamis pagi, di Jalur Pantura, tepatnya Desa Karanganyar, Kandanghaur, Indramayu, adalah mereka yang tengah melangkahkan kaki untuk kembali beribadah sholat Idul Adha di Mesjid Nurul Jihad sekitar satu kilometer dari kediaman mereka. Ustad Nano yang merupakan guru para korban dalam menimba ilmu agama mengatakan, mereka semua memang tengah menuju "cahaya jihad" atau "nurul jihad" nama Mesjid Agung di Desa Karanganyar, seperti sebuah isyarat bahwa mereka mati di Jalan Allah. "Mereka selama ini jadi `santri kalong` yaitu belajar mengaji sehabis Magrib sampai pukul 10.00 malam, semuanya anak penurut dan mempunyai semangat mengaji yang tinggi. Allah rupanya lebih mencintai dengan memanggil pulang," katanya. Suasana duka nampak menyelimuti warga Blok II Dongdong Benggol RT02/RW04 Desa Karangsinom, Kecamatan Kandanghaur, saat iring-iringan jenazah dibawa ke TPU Pati Sukra yang berjarak beberapa ratusan meter dari pemukiman mereka, sekitar pukul 12.00 WIB. Ny Latifah (35) merasakan kepedihan melebihi yang lain karena dua anaknya menjadi korban yaitu anak pertamanya Sudirman (18), siswa Kelas 2 SMK 1 Kandanghaur yang meninggal dalam kejadian itu, dan Idris (14), anak ketiganya yang masih duduk di SMP, saat ini masih dirawat di RS Bhayangkara Losarang. "Saya untuk menengok ke rumah sakit saja bingung karena tidak punya uang, untuk menguburkan anak saya saja hasil bantuan dari tetangga dan kerabat," katanya yang pernah mencari nafkah sebagai TKW di Arab Saudi. Situasi pemukiman tersebut memang termasuk kampung dengan sebagian besar warga tidak mampu, walaupun terlihat rumah yang sudah berdinding bata, namun sebagian besar belum diplester semen. Latifah yang masih tegar berbicara dengan wartawan mengungkapkan, keinginan agar para korban mendapat jaminan perawatan gratis karena semua berasal dari keluarga tidak mampu. "Saya mewakili yang lain, meminta para dermawan membantu kami keluarga para korban," katanya. Ketika ditanya firasat menjelang musibah, Latifah menjelaskan, ada perubahan perilaku Sudirman selama seminggu terakhir yaitu malas berangkat ke sekolah dan lebih memilih tiduran di rumah baru pada malam hari mengaji ke Ustad Nano. "Seminggu yang lalu juga saya bermimpi gigi atas copot, tetapi mimpi itu saya lupakan dan tidak saya ceritakan kepada yang lain karena pasti jawabannya akan ada kerabat yang meninggal. Mungkin inilah arti mimpi itu," katanya. Yang masih disesali adalah permintaan Sudirman sesaat sebelum berangkat Sholat Idul Adha yaitu meminta Rp1.000 untuk infak di Mesjid, tetapi tidak dikabulkannya. "Nanti saya infakkan uang itu ke Mesjid, mungkin dia ingin punya tabungan yang amalnya terus mengalir," katanya sambil terisak. Kesedihan mendalam juga menimpa Pepet (50) yang kehilangan anaknya Pendi (18). "Dia anak yang penurut dan mempunyai semangat untuk mengaji ilmu agama. Mungkin Allah mengambilnya karena rasa sayangnya," katanya. Hujan yang sesekali turun di Kampung itu pada Kamis ini seakan menguatkan kedukaan yang mendalam. Semua warga kampung berduka dan jalanan kampung yang becek menjadi saksi langkah kaki puluhan warga yang mengantarkan kelima santri itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Seperti diberitakan sebelumnya Truk Colt Diesel Nopol K 9408 YC yang hendak menuju Jakarta menabrak kerumunan jemaah Idul Adha yang tengah berjalan di bahu Jalan Pantura tepatnya di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Kamis pagi sekitar pukul 06.30 WIB. Akibat terjangan truk itu lima korban meninggal yaitu Sudirman (18), Robi (18), Hadi Winata (17), Pendi (18), dan Wawan (19). Sementara korban luka berat yaitu Gilang (18) yang dirujuk ke RS Pelabuhan Cirebon, dan lima korban luka dilarikan ke RS Bhayangkara Losarang yaitu Trisno (18). Kurnadi (17), Edi Supriyanto (16) dan Idris (14), sementara Carin (17), sejak siang hari sudah diperbolehkan pulang. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007