Denpasar (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora), Adhyaksa Dault, menegaskan bahwa Satuan Tugas Pelatihan Nasional (Satgas Pelatnas) SEA Games, yang sudah berada di jalur yang benar, untuk SEA Games 2009 mendatang akan langsung di bawah kendali pemerintah, dalam hal ini Kantor Mennegpora. "Satgas pelatnas tetap harus dipertahankan karena sudah berada di jalur yang benar, dan akan berada dibawah pemerintah karena dananya 100 persen berasal dari pemerintah," kata Adhyaksa di Kuta, Bali, Jumat. Adhyaksa berada di Bali untuk melihat langsung persiapan petinju Chris John yang berlatih di sasana Mirah Silver sebagai persiapan menghadapi penantangnya, Roinet Caballero, dari Panama di Jakarta 26 Januari 2007. Satgas Pelatnas SEA Games 2007 dibentuk berdasarkan nota kesepahaman antara Menegpora dengan Komite Olahraga NAsional Indonesia (KONI) sebagai langkah untuk menyelamatkan olahraga Indonesia dari keterpurukan di SEA Games. Sasarannya adalah untuk memperbaiki peringkat dari peringkat kelima di SEA Games 2005 menjadi setidaknya lebih baik di SEA Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand. Peringkat kelima di Sea Games 2005 di Manila, Filipina, merupakan rekor terburuk Indonesia dalam sejarah karena sebelumnya secara bergantian selalu menjadi yang terbaik di SEA Games. Target tersebut telah tercapai, karena kontingen Indonesia berhasil menempati peringkat keempat meski dengan jumlah 56 medali emas yang tidak sesuai target semula, yaitu antara 65 sampai 70 emas. Adhyaksa menegaskan bahwa walau bagaimana pun, pemerintah bertanggung jawab atas prestasi olahraga nasional. "Saya tidak ingin pemerintah selalu disalahkan kalau prestasi olahraga nasional makin terpuruk. Sekarang ini, 100 persen anggaran pelatnas berasal dari pemerintah dan wajar kalau satgas langsung berada dibawah pengawasan pemerintah," katanya. Menurut Adhyaksa, Satgas Pelatnas SEA Games 2007 yang dipimpin Achmad Sucipto terbukti telah berhasil menjalankan perannya sebagai pihak netral dan lebih mengutamakan kepentingan atlet. Ia mencontohkan, kasus atlet Triyaningsih yang semula tidak direkomendasikan oleh Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) sebagai induk organisasi atletik, sementara Satgas Pelatnas melihat bahwa pelari asal Salatiga, Jawa Tengah, itu memiliki catatan waktu yang memenuhi syarat. "Ternyata, Triyaningsih malah berhasil menyumbang dua emas di nomor 5.000 meter dan 10.000 meter," katanya. Mengenai persiapan menghadapi Olimpiade Beijing 2008, Adhyaksa juga mempertanyakan keputusan KONI, yang akan mengirim sekitar 100 atlet, padahal hanya menargetkan satu emas dan telah mengajukan anggaran pelatnas senilai Rp35 miliar. "Kalau hanya menargetkan satu medali emas di Olimpiade Beijing, mengapa harus mengirim sebanyak 100 atlet? Lebih baik kirim saja sekitar sepuluh atlet," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008