Jakarta (ANTARA News) - Kondisi kesehatan mantan presiden HM Soeharto pada Minggu pagi memburuk dan harapan hidup mantan penguasa orde baru itu hanya 50 persen, demikian diungkapkan Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebiandono, di Rumah Sakit Pusat Pertamina, di Jakarta. Memburuknya kondisi kesehatan Soeharto itu ditunjukkan dengan tekanan darah yang menurun serta kemunduran fungsi jantung dan paru. "Kondisi secara umum sejak pagi menunjukkan adanya gangguan hemodinamik dimana tekanan darah menurun menjadi 80-90/40 mm Hg dan pernapasan yang masih dibantu dengan mesin pernapasan," kata Mardjo, Minggu. Selain itu, tambah dia, terjadi kemunduran fungsi jantung dan paru, termasuk adanya penurunan hemogloibin yang hingga saat ini masih terus diperbaiki dengan pemberian transfusi darah. Ia menambahkan berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kondisi Soeharto yang kembali memburuk, seperti membersihkan saluran karena ditemukan tanda-tanda penyumbatan saluran napas. "Jadi dapat disimpulkan saat ini tengah terjadi kemunduran hampir di seluruh fungsi organ Pak Harto sehingga kondisi HM Soeharto sangat kritis bahkan dibandingkan pada Jumat (11/1) dimana saat itu kondisinya di titik rendah," katanya. Dengan kodisi kritis tersebut, kata Mardjo, harapan hidup mantan presiden 50:50. Ia mengaku sudah mengumpulkan keluarga sebanyak dua kali untuk memberitahukan kondisi terakhir Soeharto yang kembali kritis dan menyampaikan beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Sebelumnya, pada Jumat (11/1), kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto sangat kritis. Pak Harto mengalami kegagalan multi organ. Saat itu, Tim Dokter Kepresidenan menyatakan, sejak pukul 17.00 WIB, kondisi kesehatan Soeharto terjadi kegawatan, serta kesadaran menurun, pernafasan memburuk cepat dan dangkal. Sementara itu, pada hari ke 10 dirawat, sejumlah tokoh mengunjungi Pak Harto yaitu mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Selain itu tampak mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Maarif, Mien Uno, Helmy Yahya, Tantowi Yahya, dan Haryono Suyono, yang mengunjungi Pak Harto hingga Minggu siang.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008