Jakarta (ANTARA) - Pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat (JBM) memiliki dampak yang positif meski tidak bisa mengobati permasalahan yang dialami siswa secara keseluruhan, menurut pengamat pendidikan Weilin Han.

"Apakah Jam Belajar Masyarakat itu bagus? Itu bagus. Kalau dilaksanakan dengan benar dan tepat. Tapi apakah jam belajar itu akan mengobati apapun juga? Belum tentu. Karena apakah kurang belajar menyebabkan tawuran? Belum tentu juga," ungkap Weilin Han ketika dihubungi pada Selasa malam.

Jam Belajar Masyarakat yang tertuang di Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 7 Ayat 3 mewajibkan orangtua untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anak dari pukul 19.00 sampai 21.00.

Meski sudah dicanangkan, penerapannya sendiri belum terlihat secara nyata di beberapa daerah, bahkan cenderung lebih seperti slogan, menurut Weilin.

"Kalau menurut saya, itu tidak menjadi prioritas dari daerah," kata Weilin.

Dampak positif akan JBM juga diakui oleh pemerhati pendidikan Doni Koesoema A., bahwa program itu akan berjalan bila dikawal ketat masyarakat.

"Bila masyarakat dan keluarga mendukung, saya rasa ini akan menjadi gerakan belajar yang baik, mengingat anak-anak zaman sekarang banyak terpengaruh TV dan gadget. Namun, saya belum melihat apakah dampaknya signifikan atau tidak karena perlu ada riset," ujar Doni pada Selasa.

Beberapa daerah di Provinsi DKI Jakarta sejak tahun lalu mulai menerapkan Jam Belajar Masyarakat, salah satunya di RW 08, Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

Kegiatan JBM diprakarsai oleh tokoh setempat dan jajaran Kelurahan Jatipulo, yang mengajak anak-anak belajar bersama di aula masjid setempat untuk memantapkan pelajaran yang mereka dapat di sekolah masing-masing.

Baca juga: JBM antarkan Wali Kota Jakbar raih penghargaan Komnas Anak

Yang unik, pengajarnya berasal dari warga setempat atau anggota karang taruna yang sudah menamatkan pendidikan di sekolah menengah atas (SMA) serta universitas.

Menurut warga sekitar, kegiatan tersebut cukup membantu untuk lingkungan mereka karena memberikan kegiatan untuk anak-anak yang biasanya berkumpul saat petang.

"Kita lihat anak-anak sekarang, sebagai orang tua kalau tidak ikut mengawasi nantinya susah, atau terlambat. Makanya kita bikin JBM itu agar tidak keluyuran," ungkap Ketua RW 08 Berman Saragih soal pemberlakuan hal tersebut.

Menurut Berman, kegiatan JBM mendapat dukungan warga yang merasa nyaman karena kini orang tua tahu dimana anak mereka menghabiskan waktu.

"Harapan saya bukan hanya di RW 08, khususnya di Jatipulo tapi di daerah lain diberlakukan juga, karena hasilnya positif," ujarnya.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019