Dili (ANTARA News) - Amaro da Silva Susar, seorang tentara pemberontak yang dicari sehubungan dengan serangan-serangan terhadap para pemimpin penting Timor Leste pada Februari 2008, menyerahkan diri, demikian Juru Bicara Operasi Gabungan Militer dan Polisi di Dili, Filomento de Jesus, Minggu. Orang nomor dua paling dicari dalam serangan 11 Februari 2008, yang menyebabkan Presiden Jose Ramos Horta terluka parah, itu menyerahkan dirinya Sabtu malam, katanya dalam jumpa pers yang dilaporkan AFP. Susar, yang menyerah di distrik Aileu, tenggara ibukota Dili, mengatakan bahwa ia ikut dalam serangan terhadap Ramos Horta di kediaman Presiden Timor Leste itu. "Ya saya terlibat. Saya berdiri di depan pintu pagar," kata Susar dalam jumpa wartawan itu. Ia menegaskan bahwa bukan dirinya yang menembak Ramos Horta. "Saya menyerah karena ingin negara saya maju di masa depan, agar rakyatnya dapat hidup secara tenang," katanya. Pihak berwenang mengeluarkan paling tidak 17 perintah penangkapan terhadap tentara yang membangkang dan dituduh ikut serta dalam serangkaian serangan itu, termasuk terhadap konvoi kendaraan Perdana Menteri (PM) Timor Lesta, Xanana Gusmao, yang selamat tanpa cedera. Mereka yang paling dicari adalah Gustao Salsinha, tangan kanan pemimpin pemberontak Alfredo Reinado yang ditembak mati dalam serangan terhadap Ramos Horta itu. Pasukan perdamaian internasional yang dipimpin Australia bersama dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah membantu pencarian itu. Ramos Horta, peraih Nobel Perdamaian, saat ini sedang dalam proses penyembuhan di satu rumah sakit di Australiua utara. Para pejabat rumah sakit itu mengatakan, ia telah menjalani lima operasi untuk mengobati luka-luka tembak di punggung dan dada. Pasukan internasional semula dikirim ke Timor Leste atas permintaan pemerintah negara itu setelah kerusuhan pada 2006, akibat pertikaian antara faksi-faksi militer dan polisi, yang menimbulkan aksi kekerasan di jalan yang menewaskan 37 orang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008