Ternate (ANTARA) - Postur tubuh Muhammad Alfian yang berumur 10 tahun dan duduk di kelas IV Sekolah Dasar, terlihat jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya sehingga tidak jarang ia dianggap masih duduk di kelas I SD.

Putra sulung dari tiga bersaudara pasangan Abdul Kader dan Halima warga Kalumata, Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) itu sesuai hasil diagnosa dokter mengalami stunting atau postur tubuh lebih pendek dari anak seusianya.

Di kota berpenduduk 220 ribu jiwa ini cukup banyak anak seperti Muhammad Alfian itu, yang umumnya disebabkan gangguan pertumbuhan kronis akibat kekurangan nutrisi dalam kurun wakt lama.

Kepala Dinas Kesehatan Ternate  Fatiha Suma mengatakan selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya  anak-anak yang mengalami stunting di daerah ini di antaranya dengan memaksimalkan peran pos pelayanan terpadu (posyandu) di setiap kelurahan.

Setiap warga yang memiliki balita didorong untuk rutin membawa balitanya ke posyandu untuk diimunisasi, ditimbang berat badannya dan mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya.

Setiap balita yang dibawa ke posyandu ditemukan mengalami masalah kesehatan, misalnya berat badannya tetap atau turun dari data penimbangan sebelumnya akan langsung mendapat penanganan intensif dan jika dinilai agak berat direkomendasikan ke puskesmas.

Kalau berat badan balita tetap tidak naik itu disebabkan faktor kurangnya asupan gizi akan ditangani dengan cara pemberian asupan makanan tambahan dan jika sudah masuk kategori gizi buruk akan ditangani melalui Pusat Pemulihan Gizi Anak yang saat ini ada di Puskesmas Siko Ternate

Fatiha Suma mengaku Dinas Kesehatan Ternate telah merekrut kader posyandu di setiap kelurahan untuk membantu petugas puskesmas dalam memaksimalkan peran posyandu, setelah sebelumnya melalui serangkaian pelatihan.

Kader posyandu itu tidak hanya membantu dalam kegiatan posyandu, yang biasanya dua kali dalam sebulan, tetapi juga menginventarisir semua balita yang ada di kelurahan untuk diarahkan rutin datang di posyandu.

Mereka aktif pula memberikan sosialisasi kepada setiap ibu hamil yang ada di setipa kelurahan untuk selalu memeriksaan kandungannya ke puskesmas atau dokter agar bayi yang dilahirkan nanti selamat dan sehat.

Bayi yang mengalami kesehatan dalam pertumbuhan, termasuk stunting terkadang disebabkan faktor bawaan sejak masih dalam kandungan karena ibunya kurang memperhatikan kesehatan kandungannya, bahkan tidak jarang mereka datang ke bidan atau dokter setelah akan melahirkan.

Pola Asuh

Upaya lain yang dilakukan Dinas Kesehatan Ternate untuk mencegah anak-anak di Ternate dari stunting adalah intensif memberikan penyuluhan mengenai pola asuh yang baik kepada warga khususnya memiliki balita dan anak-anak dalam pertumbuhan.

Pola asuh yang disosialisasikan tidak saja mencakup bagaimana merawat balita dan anak-anak dalam pertumbuhan, tetapi juga bagaimana memberikan asupan makanan yang bergizi.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait lainnya di Kota Ternate, termasuk di Pemerintah Provinsi (Pemprov) seperti Dinas Kependudukan Keluarga Berencana, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Sosial selama ini berperan dalam upaya mencegah anak-anak di Ternate dari Stunting.

Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana Ternate misalnya seperti disampaikan kepala instansi itu Nurbaity Rajabesi pihaknya  aktif menyosialisasikan pengaturan jumlah dan jarak melahirkan kepada ibu usia produktif di daerah ini.

Keluarga yang memiliki banyak anak dan jarak kelahiran anak sangat dekat akan mengakibatkan orang tua, khususnya ibu akan kesulitan merawat anak-anaknya yang pada gilirannya anak-anak akan tumbuh tidak sehat.

Sedangkan Dinas Sosial lebih menekankan pada upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, terutama dari segi pendapatan keluarga karena keluarga yang tidak memiliki pendapatan pasti akan kesulitan memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi bagi anak-anaknya.

Kasus gizi buruk anak yang ditemukan di Ternate selama ini umumnya disebabkan faktor ketidakmampuan orang tua untuk menyediakan asupan gizi yang cukup kepada anaknya, disamping faktor ketidaktahuan mereka dalam memanfaatkan pangan lokal bergizi yang sebenarnya bisa didapatkan dengan mudah dan harganya murah.

Seorang pemerhati sosial di Ternate Sulastri melihat untuk mencegah anak-anak dari stunting tidak bisa hanya dilihat dari aspek pemenuhan gizi dan pola asuh, tetapi juga masalah sosial yang dewasa ini banyak mewarnai kehidupan masyarakat di daerah ini.

Kasus perceraian orang tua misalnya atau seorang lelaki yang memiliki isteri menikah lagi dengan wanita lain ikut pula memberi kontribusi terhadap tumbuh kembang anak, karena kondisi rumah tangga seperti itu biasanya selalu diwarnai dengan konflik.

Oleh karenanya masalah sosial seperti itu harus menjadi bagian komprehensif dari semua OPD terkait di Ternate dalam melaksanakan berbagai program pencegahan anak-anak di Ternate dari stunting dan tidak kalah penting adalah menghilangkan ego sektoral dan program yang hanya mengejar kepentingan proyek.

Namun semua upaya untuk mencegah anak-anak Ternate dari stunting itu tidak akan membawakan hasil yang diharapkan kalau tidak didukung dengan dukungan anggaran yang memadai dari APBD, terutama di sektor kesehatan karena selama ini sektor kesehatan belum mendapatkan alokasi anggaran 10 persen dari APBD seperti yang diamanatkan dalam undang-undang.

Baca juga: Peneliti Unbraw: Edukasi pintu masuk efektif cegah stunting

Baca juga: Pemkot Tangerang luncurkan "Sikumbang Gemez" cegah stunting


 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019