Jakarta (ANTARA News) - Siang itu Amaq Saat (56) tak bersemangat mendayung perahunya. Semalam suntuk melaut, ia hanya mendapatkan beberapa ekor ikan batu, kalau dijual tidak cukup untuk makan sehari. Ia terpaksa berhutang untuk makan hari itu. "Akhir-akhir ini semakin sulit mencari ikan, dulu tidak perlu jauh-jauh ke tengah laut, hasilnya lebih dari cukup," kata nelayan Desa Medana, Tanjung, Lombok Barat, sekitar 30 kilometer arah utara Mataram itu, sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Nasib serupa menimpa ratusan, bahkan ribuan nelayan di Pulau Lombok. Mereka makin miskin, karena hasil tangkapan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ikan di perairan Lombok menghilang, karena terumbu karang rusak parah. Penangkapan ikan menggunakan bahan peledak (bom), penambangan batu karang untuk pembuatan kapur bangunan serta penggunaan racun potasium untuk menangkap ikan hias, adalah "biang kerok" dari bencana itu. Pengambilan karang untuk pembuatan kapur bahan bangunan di perairan pantai Medana sudah berlangsung puluhan tahun, kalau sebelumnya hanya dipinggir, sekarang ini jauh ke tengah laut menggunakan perahu dan linggis. Bahkan penambang juga mengambil batu karang di tempat yang dalam dengan cara menyelam. Padahal selain sebagai tempat berkembangbiaknya berbagai jenis biota laut, terumbu karang juga berfungsi sebagai penahan ombak dan pencegah abrasi pantai. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan NTB, Ir. H. Lalu Wardi mengatakan, terumbu karang merupakan salah satu sumber daya hayati yang umumnya terdapat pada perairan laut dangkal dan merupakan salah satu ekosistem perairan yang mendukung mata rantai kehidupan biota laut. Menurut dia, kondisi terumbu karang di NTB sekarang ini sangat memprihatinkan, kerusakan terjadi baik secara alami maupun akibat ekploitasi yang kurang memperhatikan lingkungan. Semakin Parah Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan NTB yang terumbu karang yang kondisinya rusak berat mencapai 44,81 persen dari 14.845 hektare. Sementara terumbu karang yang rusak ringan tercatat 32,91 dan hanya 12,65 persen baik serta 9,59 persen pertumbuhannya kurang baik. "Ini memerlukan perhatian kita bersama untuk melakukan langkah-langkah perlindungan," kata Wardi. Penyelamatan terumbu karang harus melibatkan masyarakat melalui Kelopok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas). Mereka juga harus ditumbuhkan kesadaran pentingnya terumbu karang dalam ekosistem perairan laut. Wardi mengatakan, terumbu karang sebenarnya bisa dimanfaatkan dengan menjadikannya sebagai komoditi bisnis secara `ekstraksi`. Terumbu karang bisa dijadikan obyek wisata khususnya wista selam. Karena itu upaya yang dilakukan sejumlah nelayan di Dusun Jambianom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung yang tergabung dalam kelomopok nelayan Bahari Lestari patut diacungi jempol, karena mereka sudah mampu merehabilitasi terumbu karang dengan teknik transplantasi. "Saya salut atas kreativitas para nelayan di Dusun Jambianom. Ini patut ditiru nelayan lainnya di NTB," katanya. Ia berjanji keberhasilan nelayan Jambianom akan dijadikan proyek percontohan dalam merehabilitasi terumbu karang di NTB. Jika ini bisa dilakukan nelayan lain, terumbu karang NTB bisa diselamatkan dari kehancuran dan ribuan nelayan bisa diselamatkan dari ancaman kelaparan karena hasil tangkapan mereka kian menurun. Kepala Dusun Jambianom, Swasto selaku Ketua Kelompok Nelayan Bahari Lestari mengatakan, ia bersama nalayan lainnya mencoba melakukan transplantasi terumbu karang, karena merasa prihatin melihat karang di sekitar pantai Jambianom rusak parah. "Kerusakan terumbu karang sudah terjadi sejak 20 tahun akibat pengambilan batu karang setiap hari untuk pembuatan kapur bahan bangunan, padahal karang ini berfungsi untuk menahan ombak dan tempat berkembangbiaknya berbagai jenis biota laut," ujarnya. Kondisi ini mengakibatkan para nelayan mengalami kesulitan, karena hasil tangkapan mereka tidak cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Ini yang mendorong para nelayan Jambianom untuk mencari soluasi agar terumbu karang bisa kembali baik dan ikan bisa berkembangbiak, sehingga nelayan tidak sulit menangkap ikan. Stek Karang Swasto, salah seorang penggagas transplantasi karang, mengatakan sejak 10 April 2007 berhasil dikembangkan sekitar 5.000 stek karang dengan meja beton dan reefball atau bola beton. "Dalam enam bulan pertumbuhan terumbu karang cukup pesat dari stek sepanjang 10 cm menjadi 20 hingga 25 cm dan di dalam laut nampak indah dihiasi karang warna-warni, antara lain gold, pink dan putih," katanya pada acara peresmin kelompk nelayan Bahari Lestari Jambianom. Untuk merehabilitasi terumbu karang dengan teknik transplantasi kelompok nelayan Bahari Lestari mendapat bantuan sejumlah donatur dari kelompok pengajian perempuan di Jakarta. Selain itu dan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Lombok Lombok Barat serta dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Selain menggunakan meja atau rak beton dan `reefball` atau bola beton, transpaltansai karang juga menggunakan teknik `biorock` sebanyak 150 stek bibit yang juga cukup berhasil. Menurut Swasto, untuk mengamankan terumbu karang agar tidak dirusak oleh nelayan lain, anggota kelompok nelayan Bahari Lestari Jambianom melakukan penjagaan secara bergantian. "Hasilnya cukup menggembirakan sekarang ini terumbu karang yang rusak parah selama 20 tahun, berubah menjadi baik dan jika kita menyelam pemandangannya tampak indah, karena dihaisi karang berwarna-warni," ujarnya. Karena itu, kata Swasto, kelompok nelayan Lestari Bahari akan terus melakukan kegiatan transplantasi karang agar seluruh perairan di sekitar pantai Jambianom dipenuhi terumbu karang. Keberhasilan nelayan Jambianom merehabilitasi terumbu karang dengan teknik tranplantasi ini tersebar ke berbagai penjuru. Bahkan sejumlah pengusaha berminta membeli karang hasil transplantasi tersebut untuk hiasan akuarium, karena bentuknya bagus dan berwarna warni. "Ada yang menawar satu stek Rp20.000, bahkan ada wisatawan yang berani membeli dengan harga 7 hingga 10 dolar AS per stek, tetapi untuk sementara ini kami belum berminat menjual," katanya. Ia lebih memilih untuk membiarkan pantai Jambianom rimbun dengan terumbu karang, agar berbagai jenis ikan datang dan nelayan tidak lagi kesulitan menangkap ikan. Terumbu karang hasil tranplantasi ini tidak hanya mendatangkan berkah bagi para nelayan Jambianom, tetapi para wisatawan penikmat terumbu karang. Kristiani, salah seorang donatur dari kelompok pengajian di Jakarta yang kebetulan hobi berenang dan menyelam di laut menyatakan kagum setelah melihat pertumbuhan terumbu karang hasil tranplantasi di "Saya tidak pernah menemukan terumbu karang seindah di Jambianom. Ada yang pink, gold dan putih, bahkan saya melihat jenis terumbu karang langka, karang `memo`, karena itu saya akan terus memberikan bantuan dana untuk merekabilitasi terumbu karang di Dusun Jambianom dan sekitarnya." Selain memberikan bantuan dana untuk tranplantasi karang, donatur asal Jakarta itu juga membantu sanitasi lingkungan di dusun Jambianom, antara lain membangun jamban keluarga, ini salah satu upaya agar dusun ini bisa dijadikan obyek wisata. (*)

Pewarta: Oleh Masnun
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008