Kairo (ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mobarak belum menunjukkan tanda-tanda untuk mundur dari jabatannya, Sabtu, ketika aksi protes di Kairo memasuki hari ke-12 dan seruan dari komunitas internasional yang mendesaknya agar segera turun.

Kantor berita pemerintah MENA seperti dikutip AFP mengatakan bahwa pemimpin yang ditentang itu telah menggelar pembicaraan dengan anggota dari kabinet yang baru dilantiknya, namun tidak ada keterangan lebih lanjut terkait laporan itu.

Di Sinai, sebuah jalur pipa gas yang memasok Israel diserang, walaupun masih belum jelas pihak mana yang bertanggung jawab atas sabotase itu, maupun dugaan tentang keterkaitan aksi protes dengan serangan tersebut.

Pemimpin yang menua itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur dari jabatannya, walaupun demonstrasi besar yang digelar bersamaan dengan solat Jumat di Bundaran Tahrir Kairo -- pusat kegiatan protes -- dan di Iskandariah.

Pada Sabtu dini hari, letusan tembakan terdengar di bundaran itu saat ribuan orang bermalam di tengah kepungan tank.

Pemrotes duduk di tanah di sekitar beberapa tank untuk mencegah penarikan mundur pasukan keamanan sehingga meninggalkan bundaran itu rentan terhadap polisi huru hara kementerian dalam negeri ataupun kelompok milisi yang setia kepada Partai Demokratik Nasional.

Sementara itu Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta pemimpin veteran itu mundur dengan menggunakan istilah "seorang patriot harus mendengar apa yang disuarakan rakyat Mesir," katanya.

Obama mengatakan bahwa ia mengerti bahwa beberapa pembicaraan telah dimulai terkait transisi politik, dengan rincian yang harus dilakukan oleh rakyat Mesir itu sendiri. Ia juga mengatakan kekerasan terhadap demonstran tidak dapat diterima.

Bentrokan sengit antara pendukung Mubarak dan demonstran pada Rabu dan Kamis menyebabkan sedikitnya delapan orang tewas dan lebih dari 800 orang terluka.

Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa Bangsa, lebih dari 300 orang telah tewas sejak aksi protes dimulai.

"Kami memperjelas bahwa kami menentang kekerasan yang diambil untuk menjawab krisis itu," kata Obama, ketika pemerintah Mesir meminta demonstran meninggalkan pusat kota Kairo untuk kembali ke rumah masing-masing namun mengatakan mereka tidak akan memaksa.

Sementara para pemimpin Eropa lebih terus terang.

Dalam sebuah pertemuan di Brussels, pemerintah dari 27 negara Uni Eropa mengatakan proses transisi Mesir harus dimulai sekarang dan mengutuk kekerasan yang terjadi sepanjang minggu, seraya mengancam akan menghentikan bantuan kepada negara di Afrika Utara itu.

Mubarak sempat mengatakan bahwa ia berkeinginan untuk mundur, namun ia khawatir bila terjadi kerusuhan.

Penyabot menyerang jalur pipa gas ke Israel di wilayah Sheikh Zuwayed, di Semenanjung Sinai yang dekat dengan Jalur Gaza.

Tentara telah mengambil tindakan pencegahan agar kebakaran akibat kebocoran gas itu tidak meluas, kata seorang pejabat.

Pemimpin Liga Arab Amr Mussa, yang merupakan mantan menteri luar negeri Mubarak dan mungkin menjadi kandidat presiden mendatang, pada Jumat mengatakan bahwa ia ragu bila mantan pemimpinnya itu akan mundur.

Mubarak sebelumnya mengatakan ia tidak akan maju dalam pemilihan umum yang dijadwalkan September, namun pemrotes bersikeras ia harus mundur dari jabatannya sekarang.

"Saya rasa ia tidak akan mundur, mungkin ia akan bertahan hingga akhir Agustus," kata Mussa kepada radio Prancis, Europe 1.(*)

(Uu.KR-PPT/O001)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011