Palu,  (ANTARA News) - Produksi jagung untuk pakan ternak di desa Toro, kecamatan Kulawi, Sulawesi Tengah, naik hingga empat kali lipat setelah menggunakan Biochar (arang pertanian) yang diperkenalkan UNDP (United Nations Development Programme).

"Sebelum menggunakan arang pertanian, produksi jagung untuk 5 are (500 m2) hanya dua karung. Itu pun sudah optimal. Tapi dengan menggunakan arang pertanian hasilnya bisa sembilan karung," kata Gaus Rampu, 63 thn, salah seorang petani di desa Toro, yang sedang panen raya jagung, Kamis.

UNDP, salah satu organisasi PBB, memperkenalkan penggunaan arang pertanian dalam perkebunan jagung di desa Toro, kecamatan Kulawi, Sulawesi Tengah.

"Kami para petani di desa Toro, sumber penghasilan utamanya adalah menanam padi, namun selain itu, kami juga berkebun kakao dan jagung," kata Gaus. Dia bersama para petani Toro lainnya tengah melakukan panen raya jagung yang ke-2 kalinya setelah menggunakan arang pertanian yang ditaburkan di ladang mereka.

Konsultan UNDP Heri Tabadepu mengatakan, tujuannya UNDP memperkenalkan Biochar (arang pertanian) ke desa Toro adalah untuk meningkat produksi jagung, dan pemanfaatan sampah kulit kakao menjadi arang dan briket, serta mengurangi penggunaan kayu bakar dari hutan sebagai alat untuk memasak.

"Selama ini, petani menumpuk begitu saja sampah kulit kakao. Dimana sampah itu menjadi tempat tumbuhnya penyakit dan hama perkebunan kakao. Oleh UNDP, para petani diperkenalkan bagaimana memanfaatkan sampah kulit kakao untuk membuat Biochar atau arang pertanian kemudian dijadikan briket.

Selain sampah kulit kakao, tongkol jagung, dan sekam (kulit padi) dapat diolah menjadi arang dan briket. Arang ini bisa meningkatkan produksi pertanian, sedangkan briket ini dapat menjadi bahan energi untuk memasak, alternatif pengganti kayu bakar yang diambil dari hutan lindung sekaligus taman nasional Lore Lindu.

"Desa Toro adalah masyarakat yang sangat dekat dengan hutan lindung dan taman nasional Lore Lindu. Penggunaan kayu bakar dan kayu untuk perumahan selalu diambil dari hutan tersebut. Untuk mendukung pelestarian hutan lindung yang menjadi taman nasional maka penggunaan briket sebagai energi memasak masyarakat di sini merupakan upaya UNDP ikut mengurangi penebangan hutan," kata Heri yang mendampingi petani sedang panen raya jagung.

Dengan proyek ini, masyarakat desa Toro dapat meningkatkan pendapatannya melalui peningkatan produksi jagung, penjualan briket dengan mengolah sampah pertanian, dan juga menjaga kelestarian hutan lindung. Dalam pembuatan briket, UNDP memberikan tungku pengolahan briket berupa drum yang sudah dimodifikasi.

Sekretaris Desa Toro Agie Ruata sangat mendukung program UNDP dalam memperkenalkan manfaat biochart di wilayahnya karena dapat meningkatkan pendapatan petani dan juga mendukung pembangunan yang ramah lingkungan. "Kami senang desa ini dijadikan percontohan organisasi dunia seperti UNDP dan akan turut mensukseskan program ini ke desa dan kecamatan lain di Sulawesi," katanya.

Proyek pengenalan biochar oleh UNDP dengan bantuan dana Royal Norwegian Society for Development telah dilakukan di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur, dan akan diteruskan di Lampung dan Kalimantan.

Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2013