Yang terpenting Indonesia ke depan bisa memimpin karnaval dunia, dan kita harus di peringkat satu."
Jakarta (ANTARA News) - Mundur ke-13 tahun yang lalu, Jember Fashion Carnaval ternyata berawal dari karnaval keluarga.

"Saya bersebelas dengan keponakan di hari lebaran kami bertemu, kemudian kami punya ide kreatif, tidak hanya bersalam-salaman, tapi kami juga membuat parade keluarga," kata Dynand Fariz, penggagas Jember Fashion Carnaval, di Jakarta, Selasa.

"Dari situlah kami keluar dari rumah saudara yang satu ke saudara yang lain, sampai akhirnya berkembang menjadi komunitas yang melibatkan anak-anak muda dan semuanya dari Jember," sambung dia.

Dynand menjelaskan awalnya JFC hanya diikuti sekitar 40 sampai 50 peserta, kemudian berkembang menjadi 150 peserta, 200 perserta, 225 peserta, dan tahun ini dalam penyelenggarannya yang ke-14 JFC diikuti oleh hampir 2000 peserta.

Di awal dari JFC 1 sampai 9, Dynand mengatakan bahwa penyelenggaraan JFC benar-benar independen, tanpa dukungan pemerintah sama sekali dan tidak melibatkan sponsor.

"Jatuh bangun itu saya anggap sebagai suatu hal yang harus saya lewati di situlah resiko seorang pemimpi yang mau bermain dan berkarya di zona yang tidak aman," kata dia.

"Saya punya mimpi, mungkin mimpi ini besar banget dan enggak masuk akal bagi setiap orang yang mendengarnya karena saya ingin memeluk dunia dan membawa nama kota kelahiran saya menjadi pusat perhatian dan tujuan wisata dunia," tambah dia.

Saat ini, Dynand mengatakan, Jember Fashion Carnaval telah didukung tidak hanya oleh Pemerintah Daerah, tetapi juga didukung oleh Kementerian Pariwisata dan sejumlah brand ternama.

Sementara itu, Jember Fashion Carnaval sendiri, menurut Dynand, saat ini menduduki peringkat ke empat karnaval dunia.

"Yang terpenting Indonesia ke depan bisa memimpin karnaval dunia, dan kita harus di peringkat satu," ujar Dynand.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015