Jakarta (ANTARA News) - Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY sekaligus Sultan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dinilai sebagai pemimpin tradisional yang berpikir global, jauh di luar benteng keraton. "Bangsa Indonesia telah muak dan lelah dengan kondisi ekonomi yang susah, semua harga mahal. Orang mulai melirik tokoh seperti Sultan Hamengku Buwono X, tokoh tradisional yang berpikir global," kata budayawan Mohamad Sobary, dalam diskusi buku yang digelar di Jakarta, Selasa siang. Diskusi buku itu membahas tulisan Sri Sultan yang berjudul "Merajut Kembali Ke-Indonesia-an Kita". Buku setebal 310 halaman itu dibandrol harga Rp70.000,. Lebih lanjut Mohamad Sobary mengatakan selama ini Sri Sultan telah menjauhkan pola kepemimpinan feodal Jawa, salah satunya dengan menghindarkan dominasi etnis Jawa dalam lingkaran terdalam kekuasaan Sri Sultan. "Secara gamblang Sri Sultan sangat sadar bahwa kesan feodal sebagai raja Jawa akan membuat citra yang negatif untuk dirinya," ujar dia. Sementara itu menanggapi desakan dari politisi generasi muda agar tampuk kepemimpinan diberikan kepada generasi muda, alih-alih terus dikuasai politisi generasi tua, Sobary menyebut desakan itu tidaklah bijaksana. "Tidak penting itu generasi muda atau tua, pertanyaannya adalah apakah tokoh politisi ini punya kompetensi dan komitmen? Punya komitmen akan kompetensi mereka?" katanya. Ia menganjurkan politisi generasi muda menunjukkan kompetensi dan komitmennya secara konsisten, tanpa diminta tentu politisi generasi tua akan menyerahkan kesempatan memimpin kepada generasi muda.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008