Mataram (ANTARA News) - Aksi unjukrasa belasan elemen mahasiswa NTB, yang diikuti Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Mataram, Mawardi Khairi berakhir ricuh, polisi bertindak represif dan melakukan pembubaran secara paksa, serta mengamankan sejumlah demonstran. Kejadian yang terpantau di Mataram, Rabu, dan sempat diabadikan media elektronik, Ketua BEM Uram, Mawardi ditangkap dan dipukuli sejumlah oknum polisi pada saat digeret ke mobil untuk diamankan ke Mapolda NTB. Polisi yang mencoba menghadang belasan mahasiswa/mahasiswi pengunjukrasa yang bermaksud menemui Wapres Yusuf Kalla, dibubarkan secara paksa, sambil melakukan perampasan beberapa spanduk dan pemukulan-pemukulan. Mawardi bersama dengan tiga rekannya yang sebelumnya melakukan orasi di perempatan Bank Indonesia, ditangkap, digeret sambil dipukuli sejumlah oknum polisi. Tindakan garang tak bungkam perlawanan mahasiswa Bahkan, sejumlah perwira polisi yang berpakaian preman tampak garang memaksa mahasiswa agar segera membubarkan diri. Pembubaran secara paksa tersebut berlangsung sekitar lima menit, dan para mahasiswa yang merasa ketakutan atas sikap garang polisi memilih kembali ke kampus. Mawardi kepada wartawan menyatakan, tindakan refresif aparat kepolisian itu tidak akan mampu membungkam gerakan perlawanan mahasiswa terhadap ketidakbenaran-ketidakbenaran yang ada. Polisi tidak adil, hanya alat kekuasaan Polisi sangat tidak adil dalam bertindak, dan terkesan hanya sebagai alat penguasa untuk memuluskan kekuasaannya. Karena hanya untuk menghadapi belasan mahasiswa/mahasiswi, polisi mengerahkan puluhan aparatnya dengan perlengkapan lengkap, seolah-olah mau "perang" saja. "Kunjungan pejabat Wapres Yusuf Kalla ke daerah (NTB, red) kembali harus mengorbankan anak-anak bangsa. Kunjungan pribadi ataupun partai yang dibungkus dengan kunjungan kerja tersebut telah mencederai mahasiswa," katanya. Mawardi sangat menyesalkan sikap arogansi pihak kepolisian dalam pengamanan kunjungan Wapres Yusuf Kalla ke Lombok. Karena tindakan represif yang dilakukan sangat "over", dibandingkan dengan kunjungan presiden sebelumnya. Dalam orasi sebelum dilakukan penangkapan serta pembubaran paksa disertai dengan pemukulan itu, Mawardi mengkritisi kunjungan kerja Wapres Yusuf Kalla, yang dinilai bahwa kunjungan tersebut sangat dengan kepentingan partai Golkar, dan membidik Pemilu 2009. Bahkan Yusuf Kalla dinilai sebagai pejabat pembohong, yang telah membohongi rakyat Indonesia, termasuk rakyat di NTB. Janji bahwa tidak ada kenaikan BBM dan juga menyatakan bahwa Partai Golkar bukanlah benteng bagi koruptor, ternyata berbeda dengan fakta di lapangan. Kenaikan harga BBM, korupsi BBM selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla telah beberapa kali menaikkan BBM, yang menyebabkan kehidupan masyarakat di berbagai daerah kian terpuruk. Demikian pula dengan tindak pidana korupsi yang kian marak. Tersendatnya pengungkapan tindak pidana korupsi APBD dilingkup DPRD NTB periode 1999/2004, dengan tersangka utamanya Gubernur NTB, Drs H Lalu Serinata, merupakan bukti bahwa semuanya itu tidak terlepas dari peran Partai Golkar yang melindungi kader-kadernya. Sebelumnya, aparat kepolisian yang mengawal kedatangan Wapres Yusuf Kalla di Bandara Seleparang, sempat kecolongan, karena tidak menyangka pengunjukrasa yang keluar dari persawahan, berhasil menerobos bolkade aparat kepolisian, yang sudah berjaga secara ketat. Warga sangat sayangkan sikap polisi Di saat Wapres Yusuf Kalla akan keluar dari Bandara Seleparang menuju Lombok Timur untuk meninjau perkebunan tembakau dan bersilahturahmi dengan sejumlah ulama, mahasiswa berhasil menggelar spanduk penolakan atas kunjungan kerja Wapres tersebut. Melihat situasi sedemikian itu, Kapolres Mataram, langsung bertindak cepat, dan menangkapi para mahasiswa dan mengangkut ke markasnya. Situasi demikian itu sempat menjadi tontonan masyarakat, yang melintas di jalan raya, depan Bandara Seleparang. Sejumlah warga yang melihat kejadian itu sangat menyayangkan sikap polisi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008