Jakarta (ANTARA) - James Middleton yang merupakan adik kandung dari Kate Middleton, kembali terbuka kepada publik atas perjuangannya melawan depresi dan bagaimana peran keluarga dalam proses penyembuhan.

James mengungkapkan bahwa sang kakak, Kate Middleton, turut menemaninya ketika harus menjalani terapi penyembuhan depresi.

Baca juga: Gaya berbusana Kate Middleton paling menginspirasi di eBay

Setelah berkonsultasi dengan psikiater, James menjalani terapi perilaku kognitif selama hampir satu tahun. Kadang dia menjalani terapi tersebut ditemani oleh keluarganya, termasuk sang kakak yaitu Duchess of Cambridge Kate Middleton.

Dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph yang dikutip oleh People, James mengungkapkan sebelum menjalani terapi, dia nyaris tidak dapat melakukan apapun.

"Saya tidak dapat tidur, tidak dapat membaca buku, tidak dapat menonton film, saya juga tidak dapat makan," ujar dia. James kemudian menambahkan bahwa pada masa itu dia juga merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan keluarganya.

James merasa bahwa apapun yang sedang dialami oleh seseorang, komunikasi dengan keluarga menjadi hal yang paling sulit untuk dilakukan.

Baca juga: Ed Sheeran dan Pangeran Harry promosikan kesehatan mental

"Saya adalah anak bungsu, dan saya pikir hal itu normal. Namun keluarga memiliki hubungan yang lebih dalam sehingga mereka dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh orang lain."

Kehadiran keluarga pada saat terapi dikatakan James sangat penting, untuk memahami pola pikirnya pada saat itu.

"Dari terapi tersebut, saya dapat berpikir bahwa saya tidak membutuhkan mereka bertanya 'apa yang bisa saya bantu', namun kehadiran mereka dalam tiap sesi terapi menjadi lebih penting untuk bisa memahami apa yang terjadi kepada saya," kata James.

James kemudian mengatakan alasannya berbagi pengalaman mengenai depresi, supaya dapat mengubah stigma masyarakat mengenai penyakit kejiwaan.

Sebagai tambahan, James merasa perlu mengikuti jejak saudara perempuannya Kate, serta Pangeran William dan Pangeran Harry, yang telah mendukung kesehatan mental.

"Mereka percaya kita hanya bisa mengatasi stigma terkait penyakit mental jika kita memiliki keberanian untuk mengubah konotasinya yang negatif," ujar James.



Baca juga: Remaja rentan mengalami depresi, ini faktor pemicunya

Baca juga: Ingin tidur nyenyak? Coba lakukan lima langkah ini

Baca juga: Polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan mental

Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019