Sebuah perusahaan yang tidak memiliki inovasi, dalam setahun saja bisa tertinggal seolah-olah selama 10 tahun
Jakarta (ANTARA) - Penerapan konsep "gelinciran batuan ultrabasa" pada area eksplorasi migas Tangkasi, lepas pantai Sulawesi, merupakan salah satu inovasi yang dilakukan PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), untuk meningkatkan cadangan migas.

Konsep tersebut juga diusung Tim Ultraman Pertamina EP saat mengikuti Upstream Improvement & Innovation Award (UIIA) 2019 dan menjadi satu dari 13 tim terbaik dalam ajang terebut.

"Wilayah kerja Pertamina EP sebagian besar merupakan mature field. Maka diperlukan strategi khusus untuk menekan laju 'decline rate'," ujar Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama Pertamina EP dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Produksi minyak Pertamina EP Rantau Field di Aceh Tamiang 102 persen

Nanang mengatakan strategi PEP untuk menahan laju penurunan produksi dilakukan melalui pengeboran "step out" dan Enhanced Oil Recovery (EOR) pada tahapan pengembangan agar dapat meningkatkan laju produksi di setiap Lapangan. Selain itu, kondisi penurunan produksi membuat Perrtamina EP dituntut untuk menemukan cadangan baru dengan konsep lama ataupun konsep baru.

"Improvement ini menghasilkan konsep atau inovasi baru di area lepas pantai Sulawesi Pertamina EP yang bermanfaat dalam proses eksplorasi prospek hidrokarbon yang baru di area yang sudah lama. Ini merupakan hasil nyata dari integrasi geologi, geofisika, geokimia, dan reservoir. Inovasi ini membuktikan bahwa diperlukan konsep baru untuk mengevaluasi area yang lama ‘New Data, NewIdeas Brings New Oil’,” kata Nanang.

Tim Ultraman merupakan satu dari 13 tim terbaik yang dihasilkan dari kegiatan Improvement Inovation Award 2019 Pertamina EP yang digelar pada 7 Oktober - 9 Oktober 2019 di IPC Corporate University. Selain itu, Pertamina EP Asset 4, meraih "Best Performance Function" dalam gelaran tersebut.

Kegiatan yang diikuti 129 tim ini dihadiri oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan H Samsu dan Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar sebagai pembicara utama.

"Ini yang harus kami apresiasi bahwa setiap tahunnya jumlah risalah inovasi dan improvement meningkat 16 persen dari tahun lalu sebanyak 595 ide yang disampaikan,” kata Nanang.

Menurut Nanang, dalam perusahaan harus memiliki kreatifitas dan inovasi karena tanpa hal tersebut sebuah perusahaan bisa tertinggal dari perusahaan lainnya.

"Sebuah perusahaan yang tidak memiliki inovasi, dalam setahun saja bisa tertinggal seolah-olah selama 10 tahun. Maka untuk itu, saya berpesan kepada para insan mutu untuk terus kreatif dan inovatif,” jelasnya.

Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu mengatakan IIA merupakan ruang terhadap pekerja untuk menyampaikan hasil inovasi yang sangat bermanfaat untuk perusahaan.

"Pertamina EP sudah memberikan ruang kepada seluruh pekerja untuk melakukan inovasi dan hasilnya adalah sebuah inovasi yang sangat menguntungkan perusahaan," ujar Dharmawan.

Dharmawan juga mengatakan dalam memberikan inovasi haruslah dilandasi tiga hal penting didalamnya, yaitu applicability, replicability, dan adoptability.

"Inovasi yang saat ini dikerjakan oleh rekan rekan harus memenuhi tiga unsur utama tersebut. Dengan ketiga hal tersebut barulah dapat dikatakan bermanfaat bagi perusahaan. Kuncinya adalah 'just do it', jadi segera dikerjakan, jangan sampai tunggu nanti-nanti lagi," katanya.

Senada dengan hal tersebut, Archandra mengatakan bahwa inovasi membutuhkan ruang yang sebesar-besarnya untuk menampung ide yang menarik serta sejalan dengan proses bisnis agar tercipta "value creation".

"Inovasi bisa berkembang seiring dengan perubahan zaman. Maka perusahaan harus membuka diri kepada inovator-inovatornya di perusahaan,” ujar Archandra.

Baca juga: Pertamina EP terapkan metode polymer untuk capai target produksi
Baca juga: Pertamina EP resmikan program pemberdayaan masyarakat Karawang

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019