Washington (ANTARA News) - Massa debu yang mengambang di sekitar sistem bintang binary di kejauhan menunjukkan bahwa dua planet seperti-Bumi saling menghancurkan dalam suatu benturan keras, demikian laporan beberapa peneliti AS, Jumat. "Itu seakan-akan Bumi dan Venus saling bertabrakkan," kata Benjamin Nuckerman, astronom di University of California, Los Angeles (UCLA), yang melakukan studi tersebut, dalam satu pernyataan. "Para astronom tak pernah menyaksikan sesuatu yang seperti ini sebelumnya; tampaknya tabrakan besar yang menimbulkan bencana dapat terjadi di satu sistem planet yang sepenuhnya matang." Tim dari UCLA, Tennessee State University dan California Institute of Technology itu, yang menulis di Astrophysical Journal, menyatakan kelompok tersebut melihat debu yang mengorbit satu bintang yang dikenal sebagai BD+20 307, sejauh 300 juta tahun-cahaya dari Bumi, di konstelasi Aries. Satu tahun-cahaya adalah jarak tempuh cahaya dalam perjalanan selama setahun, atau sekitar 9,5 triliun kilometer. Jadi, pada dasarnya, pengamatan itu melihat ke masa 300 juta tahun silam. "Jika ada kehidupan di masing-masing planet, tabrakan besar akan menghapuskan apa saja dalam waktu satu menit: peristiwa yang akhirnya menimbulkan kepunahan," kata Gregory Henry dari Tennessee State University, seperti dikutip Reuters. BD+20 307 tampaknya terdiri atas dua bintang, keduanya memiliki ukuran, temperatur dan massa yang sama dengan Matahari-nya Bumi. Kedua planet memutar inti massa bersamanya setiap 3,5 hari atau lebih. "Tubrukan planet di BD+20 307 itu tak diamati secara langsung, diduga akibat dari banyaknya partikel debu yang mengorbit pasangannya dalam jarak yang kurang lebih sama dengan jarak Bumi dan Venus dari Matahari kita," kata Hentry. "Jika debu ini memang menunjuk kepada kehadiran planet yang berhubungan dengan Bumi, maka ini merupakan contoh pertama yang diketahui mengenai planet dengan massa apa pun yang mengorbit di sekitar binta binary yang dekat." Pada Juli 2005, tim tersebut melaporkan kelompok itu telah melihat sistem tersebut, yang saat itu diduga terdiri atas satu bintang saja. Sistem tersebut dikelilingi oleh debu mengorbit yang lebih hangat dibandingkan dengan binta lain seperti-Matahari bagi ahli astronomi. "Ini menimbulkan dua pertanyaan yang sangat menarik," kata Frncis Fekel dari Tennessee State University. "Bagaimana orbit planet menjadi kehilangan kestabilan dalam sistem matang yang dingin semacam itu? Dapatkan tabrakan semacam itu terjadi di sistem tatasurya kita?" (*)

Copyright © ANTARA 2008