Cibinong (ANTARA News) - Pejabat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) ke Polres Bogor, Jawa Barat Senin, terkait situs berupa batu besar purbakala peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang `hilang` dari lokasinya di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kasubdit Registrasi dan Penetapan Ditjen Sejarah dan Purbakala Depbudpar Koos Siti Rochmani mengatakan polisi meminta agar Depbudpar melaporkannya secara tertulis. "Sebelum menyampaikan laporan tertulis, polisi menyarankan agar melihat ke lokasi situs itu untuk melengkapi laporan," kata Ani, panggilan Koos Siti Rochmani usai menyampaikan laporannya ke Polres Bogor. Ia ketika melaporkan hal itu didampingi Kasi Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bogor Boy Gyawarman. Keduanya diterima Kanit Serse Polres Bogor Iptu Darmawan. Usai melaporkan perihal hilangnya situs tersebut, Ani dan Boy langsung meninjau lokasi asli situs batu kura-kura raksasa di kawasan hutan lindung Haur Bentes, Kampung Cisusuh, Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Menurut Ani, hilangnya batu besar purbakala tersebut sudah dilaporkan sampai ke Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Diakuinya, Depbudpar belum meneliti keberadaan dan usia batu raksasa tersebut. Namun, berdasarkan dari lokasinya di Sukajaya, Bogor Barat, diduga berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara. Kapolres Bogor AKBP Suntana mengatakan pihaknya telah mendapat laporan mengenai hilangnya batu raksasa purbakala peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang diduga ada orang yang membawanya. Menurut dia, sesuai prosedur, polisi menerima laporan tersebut. Polisi akan menyelidiki apakah benar batu itu adalah batu purbakala peninggalan Kerajaan Tarumanegara, dengan meminta saran dari para ahli purbakala. "Jika dari hasil penelitian ternyata batu itu benar situs purbakala, polisi akan menindaklanjutinya sampai ke penyidikan. Polisi akan menyita dulu batu tersebut, dan akan memprosesnya sesuai prosedur yang berlaku," katanya. Jika hilangnya batu itu melibatkan aparat kepolisian, kata dia, juga akan diselidiki. Batu raksasa purbakala tersebut berbentuk seperti kura-kura, sehingga warga setempat menyebutnya batu kuya. Kuya dalam bahasa Sunda berarti kura-kura. Batu itu panjangnya sekitar delapan meter, diameter sekitar tiga meter, serta tinggi empat meter. Pada bagian ujungnya terdapat benjolan seperti kepala kura-kura. Menurut Boy, hilangnya batu raksasa purbakala tersebut terlambat diketahui pejabat setempat. Ia baru tahu setelah ada laporan dari warga pada Kamis (25/9) lalu, yang melihat pemindahan batu raksasa itu menggunakan truk kontainer serta alat berat yang melintasi jalan Sukajaya dan Leuwiliang pada Selasa (23/9) lalu. "Begitu mendapat laporan dari masyarakat, saya langsung mengecek ke lokasi, tapi truk tronton sudah tidak ada. Kami kejar ke Kecamatan Leuwiliang, juga sudah tidak ada," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008