Yogyakarta, (ANTARA News) - Pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang siap maju dalam bursa calon presiden (capres) 2009 bukan merupakan sesuatu yang baru dan mengejutkan, karena selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Raja Keraton Yogyakarta ini telah melakukan berbagai langkah politik menuju panggung politik nasional. "Sebenarnya Sultan telah lama melakukan langkah-langkah politik, persisnya sejak reformasi untuk mempersipkan diri tampil di panggung politik nasional, sehingga pernyataan tersebut bukan merupakan sesuatu yang baru dan mengejutkan," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, AAGN Ari Dwipayana, SIP, MSi, Rabu. Menurut dia, pernyataan Sultan yang mengambil momentum `pisowanan agung` (pertemuan akbar rakyat dan raja) yang digagas elemen masyarakat Yogyakarta tersebut hanya merupakan pengesahan atau penegasan dari upaya dan langkah politik yang telah dirintisnya selama beberapa tahun ini. "Pernyataan tersebut hanya sebuah upaya untuk menguji `riak air` baik dari elemen masyarakat maupun partai politik sebagai strategi untuk memperoleh gambaran dukungan politik dari elemen masyarakat dan partai politik yang selama ini belum jelas," katanya. Ia mengatakan, dengan pernyataan tersebut maka Sultan dapat mengukur sejauh mana reaksi dari elemen masyarakat dan partai politik dan sejauh mana dampak dari pernyataan tersebut baik dari masyarakat maupun partai politik untuk menuju proses konsolidasi politik. "Jika reaksi sangat signifikan, maka ini akan mengundang elemen masyarakat maupun partai politik dan berbagai pihak untuk melakukan konsolidasi politik, ini penting bagi Sultan untuk menentukan apakah dia akan tetap berada pada barisan Partai Golkar atau dengan partai lain," katanya. Ia menambahkan, untuk saat ini masih sulit untuk mengukur peluang Sultan dalam bursa capres tersebut karena konfigurasi politik masih akan terus berubah hingga pemilu legislatif nanti. "Peluang Sultan masih sangat tergantung konsolidasi politik nanti, dan ini baru akan nampak jelas setelah pemilu legislatif nanti apakah akan bisa memperoleh kendaraan politik partai besar atau dengan kendaraan lain. Ini hanya strategi untuk menjaring berbagai kekuatan politik," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008