Jakarta, (ANTARA News) - Indonesia dinilai semakin jauh tersingkir dan tidak menarik bagi investor asing dengan persentase penanaman modal asing hanya memiliki peranan sebesar lima hingga tujuh persen. "Kalau ada yang berpendapat Indonesia dijajah asing itu mimpi saja sebab kita bisa melihat kumulatif kontribusi asing hanya lima persen," kata pengamat ekonomi Faisal Basri, di Jakarta, Kamis. Angka itu menurut dia, jauh di atas rata-rata kontribusi asing di negara-negara Amerika Latin, China, dan India. Bahkan Kamboja pun terbuka kepada investor asing. Indonesia hanya jauh lebih baik dari Venezuela, Bangladesh, dan Srilanka. "Negeri-negeri yang maju adalah negeri yang bisa menarik investor asing," katanya. Ia mengatakan, regulator di tanah air lebih pintar menarik modal dalam bentuk portofolio dalam pasar saham, surat utang negara, dan SBI. Padahal Indonesia mempunyai pasar yang besar dan bahan baku yang melimpah alias sektor rill yang masih belum tergarap. Oleh karena itu, hal terpenting saat ini adalah menjaga agar investor asing yang ada di Indonesia tidak mengalihkan dananya ke tempat lain. Menurut Faisal, "public investment" di Indonesia sudah kembali ke tingkat prakrisis yaitu 6,5 persen. "Angka ini masih sangat rendah bahkan terendah dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah," katanya. Indonesia juga dinilai serba ketinggalan dalam pembangunan sumber daya manusia terutama pendidikan dan kesehatan serta infrstruktur dasar seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan, listrik, air bersih, dan irigasi. Sektor tradable yang sedang "merana" yaitu manufaktur dan pertanian pangan terkonsentrasi di Jawa. Sedangkan sektor tradable yang sedang booming seperti pertambangan dan perkebunan terpusat di luar Jawa.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008