Jakarta (ANTARA News) - Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti menyatakan, pengamanan udara secara intensif di wilayah Ambalat akan tetap dilakukan dan menjadi prioritas, meski perundingan antara Indonesia dan Malaysia masih berjalan.

"Ambalat tetap akan jadi prioritas kami, meski kami tidak berarti mengabaikan keberadaan pulau-pulau terluar kita yang berbatasan langsung dengan negara lain," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Minggu terkait penambahan tiga unit pesawat jet tempur Sukhoi di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin , Makassar, Sulawesi Selatan.

Dikatakannya, kehadiran tiga Su-30MK2 tersebut akan menambah kekuatan tempur TNI AU untuk mendukung kekuatan daya tangkal  (detterence).

Dengan segala kelebihan yang diusung Su-30MK2 dibanding Su-30MK yang telah dimiliki TNI AU sebelumnya, pengamanan wilayah udara nasional akan dapat makin dimaksimalkan, khususnya di wilayah udara Koopsau II.

Wilayah operasi Koopsau II meliputi Kalimantan Tengah hingga Papua dan sebagian besar berbatasan dengan sejumlah negara, yakni Malaysia, Filipina, Papua Nugini dan Australia.

Selain pengamanan udara secara intensif, TNI juga mengerahkan beberapa kapal perang untuk mengamankan perairan Ambalat yang masih menjadi `sengketa` antara Indonesia dan Malaysia.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, tiga unit pesawat Su-30MK2 merupakan bagian dari pengadaan enam pesawat Sukhoi TNI AU dari Rusia, yakni tiga Su-30MK2 dan tiga Su-27SKM, yang akan melengkapi empat pesawat Sukhoi yang telah dimiliki TNI AU sejak September 2003.

Tiga unit pesawat Su-30Mk2 tiba secara bertahap, yakni dua unit pada Jumat (26/12) dan satu unit pada Januari 2009. Sedangkan tiga unit Su-27SKM akan tiba bertahap pula hingga 2010.

"Jadi, pada 2010 kita telah memiliki 10 unit Sukhoi," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008