San Salvador (ANTARA News/Reuters)- Partai FMLN, bekas pemberontak Marxis, hampir dipastikan menang dalam pemilihan presiden, Minggu. Maurico Funes, mantan wartawan televisi dan kandidat dari Front Pembebasan Nasional Farabundo Marti atau FMLN, mengaku menang setelah hasil remsi menunjukkan ia meraih 51,3 persen dari 90 suara yang telah dihitung. Para anggota kelompok kiri membakar petasan dan berkumpul di sebuah monumen di ibukota San Salvador, mengibarkan bendera dan bernyanyi. Rodrigo Avila dari partai konservatif ARENA, yang memerintah El Salvador sejak tahun 1989 meraih 48,7 persen suara. Ia belum mengaku kalah secara terbuka tetapi seorang juru bicara FMLN mengatakan Avila menelefon Funes untuk mengucapkan selamat kepadanya. Itu merupakan satu kemenangan bersejarah bagi golongan kiri setelah satu kampanye pemilu yang telah memecah belah negara Amerika Tengah yang kecil itu, tempat ingatan rakyat masih kuat pada perang saudara tahun 1980-1992 --yang menewaskan 75.000 orang. "Partai saya, FMLN, telah menunjukkan kepada seluruh dunia siap bagi satu pemerintah baru," kata Funes dalam pidato kemenangan. Ia menyerukan rekonsiliasi dengan ARENA, yang pendirinya mempunyai hubungan dengan regu maut sayap kanan selama perang itu. Kemenangan bagi mantan gerilyawan itu akan mendorong berkembangnya presiden berhaluan kiri di Amerika Latin, yang dipimpin Presiden Venezuela Hugo Chavez. Tetapi Funes mengatakan ia adalah moderat yang akan mempertahankan hubungan dekat El Salvador dengan Washington walaupun AS mengeluarkan miliaran dolar untuk mendukung pemerintah berhaluan kanan dalam perang mereka melawan FMLN selama perang saudara itu. ARENA memerintah sejak tahun 1989 dan negara Amerika Tengah pengeksport kopi itu tetap masuk kelompok pro-Washington, bahkan mengirim tentara untuk membantu pasukan AS di Irak. Tetapi kemiskinan dan kejahatan di jalanan telah membantu FMLN, yang meletakkan senjatanya berdasarkan perjanjian perdamaian dan membentuk partai politik untuk berusaha berkuasa melalui pemilu. Ketegangan tinggi setelah bentrokan di jalan dalam beberapa hari belakangan ini antara aggota kelompok kiri dan kanan. Calon partai yang memerintah, Avila, mantan kepala kepolisian nasional, adalah seorang penembak jitu di kesatuan paramiliter yang berperang bersama militer. Ia mengaku membunuh banyak pemberontak kiri dalam perang itu. Pemerintah mengatakan sekitar 40.000 warga Salvador mungkin datang dari AS untuk memberikan suara mereka.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009