Jakarta, 14/5 (ANTARA) - World Ocean Conference (WOC) telah resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu tanggal 14 Mei 2009 jam 09.45 di Grand Kawanua Convention Center, Menado. Perhelatan besar atas inisiatif dan diselenggarakan oleh Indonesia ini diikuti oleh 73 negara, dan 11 organisasi internasional, serta total anggota delegasi resmi 310 orang.


Manado Ocean Declaration (MOD) atau Deklarasi Kelautan Menado telah diterima atau diadopsi oleh Konferensi pada sore harinya jam 16.00. Walaupun tema yang diambil adalah mengenai perubahan iklim dan lautan, namun tidak lepas dari berbagai aspek yang secara langsung, maupun tidak langsung, mengenai kehidupan nelayan dan dunia perikanan pada umumnya. Bahkan pada pertemuan yang digandengkan dengan WOC, yakni Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, substansi yang digarap berjudul CTI-CFF, atau CTI-Coral Reef, Fisheries and Food Security. Maka tidak hanya menyangkut terumbu karang, namun juga perikanan dan ketahanan pangan. Tanpa pengertian tersebut, akan menimbulkan kesalapahaman dalam memaknai WOC.


Dalam berbagai kesempatan Presiden SBY senantiasa mengingatkan, bahwa melihat laut harus menggunakan dua buah dual-thinking. Pemikiran ganda masing-masing merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Pemikiran ganda yang pertama adalah memandang lautan dari sisi ekonomi kesejahteraan, dan satunya adalah pelestarian lingkungan. Tidak benar dalam melihat kelautan hanya dari sisi eksploitasi ekonomi semata, tanpa mempedulikan keberlanjutan sumberdaya perairan, sehingga masa depan dan anak-cucu akan tidak memperoleh dari laut manfaat ekonomi untuk kesejahteraannya.


Di sisi lain, tidak boleh pula hanya memperhatikan sisi pelestarian lingkungan, namun nelayan di sekitarnya kehilangan mata pencaharian dan hak hidupnya. Pemanfaatan lautan harus terkendali, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. Adapun pelestarian sumberdaya kelautan, harus tetap memandang aspek kesejahteraan masyarakat.


Dual-thinking yang kedua, adalah aspek kepentingan nasional, sekaligus kepentingan global. Sebagai negara berdaulat, tentu wajib meletakkan kepentingan bangsa dan negara sebagai tujuan utama. Baik untuk memenuhi tuntutan ekonomi atau kesejahteraan bangsa, kelestarian sumberdaya, kedaulatan wilayah, dan sebagainya. Akan tetapi, pada saat yang sama, dalam mengelola lautan harus mempertimbangkan kepentingan global, baik untuk aspek keanekaragaman biologis, keberlanjutan sumberdaya, ataupun pertimbangan-pertimbangan lintas negara atau bersifat global yang lain. Apalagi, ikan adalah termasuk biota yang di antaranya berupaya jauh, bergerak lintas samudera, lintas negara. Sehingga perusakan atau pemusnahan disuatu lokasi akan mempengaruhi kondisi di lokasi atau belahan dunia yang lain.


Dengan adanya penyelenggaraan WOC yang berdasarkan dua macam dual thinking tersebut, semoga lautan betul-betul bermanfaat bagi kelestarian anugerah Tuhan yang bernama alam kelautan, dan sekaligus sebagai sumberdaya ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa Indonesia dan umat manusia.


Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Dr. Soen'an H. Poernomo, M.Ed, Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Departemen Kelautan dan Perikanan, HP.08161933911

Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009