Jakarta, 16/5 (ANTARA) - The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) menargetkan peningkatan jumlah nasabah premier.

"Kita akan meningkatkan jumlah nasabah premier yang saat ini masih berjumlah 10 persen dari total seluruh jumlah nasabah HSBC di dunia," ujar Senior Vice President and Head of Jakarta Region HSBC Indonesia Caramia Wardhana di Jakarta, Rabu.

Caramia menambahkan HSBC sebagai salah satu bank terkemuka di dunia tidak mengalami krisis dan penggunaan kartu visa oleh nasabah HSBC termasuk salah satu yang tertinggi di masa-masa seperti ini.

"Secara menyeluruh (globally), kondisi kita sangat sehat dan sama sekali tidak mengalami kesulitan dalam hal likuiditas," ujarnya.

Dengan kondisi itu, Caramia optimistis pihaknya dapat meningkatkan jumlah nasabah premier walau jumlahnya masih sangat jauh dari jumlah nasabah tradisional.

"Memang jumlah nasabah premier masih merupakan minoritas di tempat kami. Jumlahnya pun hanya sekitar 40.000 nasabah yang berarti hanya 10 persennya dari keseluruhan nasabah HSBC," lanjutnya.

Ia menambahkan target paling realistis dengan kondisi seperti sekarang ini adalah sebesar 20 persen.

HSBC Premier merupakan layanan perbankan global pertama yang memungkinkan nasabah menarik dana di Indonesia sama seperti yang dilakukan di luar negeri.

"Itu akan memudahkan para nasabah ketika berada di tempat lain di dunia dalam mengadakan `shopping around`" lanjutnya.

Caramia juga menambahkan pihaknya sebagai bank swasta merespon positif segala kebijakan yang telah diatur oleh Bank Indonesia (BI).

"Ketika BI memperkirakan suku bunga kredit turun menjadi 12-14 persen kita akan mengikuti peraturan tersebut, apapun dan berapapun nilai yang dijamin oleh pemerintah," ujarnya.

HSBC juga memberlakukan suku bunga yang kompetitif dengan keinginan pasar untuk memberikan nilai lebih kepada nasabah.

Selain itu, HSBC juga akan mempertahankan program mereka seperti produk yang berbasis kepada investasi.

"Kita tidak akan lagi mempunyai produk yang derivatif karena lebih mengutamakan produk yang berbasis kepada investasi seperti reksadana dan deposito," ujarnya.

Walau ada peningkatan jumlah transaksi pada masa sekarang, namun Caramia mengatakan masih tetap selektif dalam proses pemberian kartu kredit.

"Kita tetap selektif dalam menghadapi krisis meskipun akusisi kartu kredit jalan terus," ujarnya. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009