Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terpilih kembali menjadi presiden RI (2009-2014) diharapkan tetap meningkatkan komitmen dalam pembangunan kependudukan dan program keluarga berencana (KB) sehingga penduduk tumbuh secara berimbang, terkendali dan berkualitas.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief mengemukakan hal itu disela-sela acara buka puasa bersama dengan jajaran pejabat eselon I dan II BKKBN dan wartawan ibukota, di Jakarta, Kamis petang.

Menurut Sugiri, janji Presiden SBY yang akan tetap berkomitmen meningkatan program KB dan kependudukan dikemukakan pada saat kampenye pemilihan presiden (pilpres) RI Juni 2009 lalu.

Oleh karena itu, katanya, semua pihak berharap janji Presiden SBY tersebut diikuti komitmen kabinet mendatang yang diikuti anggota DPR, pemprov dan pemkab/pemkot se-Indonesia dalam meningkatkan program dan kebijakan pembangunan kependudukan dan KB.

Sebelumnya, Sugiri Syarief mengusulkan BKKBN dapat disatukan dengan kementerian negara kependudukan pada kabinet mendatang, agar program KB lebih terpadu dengan program kependudukan.

Ia menjelaskan, UU no 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara menyebutkan bahwa masalah kependudukan akan diatur oleh kementerian kependudukan, sehingga lembaga pemerintah non departemen (LPND) BKKBN dapat disatukan ke dalam kementerian tersebut.

Dengan demikian, program KB yang mengurusi masalah kuantitas penduduk dapat berjalan dengan program kependudukan yang mengurusi masalah administrasi kependudukan, migrasi dan peningkatan kualitas penduduk.

Indonesia sendiri, katanya, sejak tahun 1970 telah melaksanakan program KB ditandai penurunan pertumbuhan penduduk dari 2,7 persen pada 1970 menjadi 1,3 persen per tahun pada 2009, serta angka keseburuan wanita (TFR - Total Fertility Rate) dari 5,6 anak pada 1970 menjadi 2,6 anak saat ini.

Sugiri menyatakan, sejak pemberlakukan otonomi daerah pada 2001, komitmen pemprov dan pemkab/pemkot terhadap program KB menurun yang ditandai tiadanya penurunkan TFR atau stagnan yakni 2,6 dari 2002 - 2007, sehingga pemerintah pusat merevitalisasi program KB agar laju pertumbuhan penduduk seimbang dan berkualitas.

Indonesia yang saat ini berpenduduk 230 juta jiwa itu menargetkan jumlah penduduk pada tahun 2050 sekitar 250 juta jiwa dengan syarat TFR turun menjadi 1,3 anak, sedang jika TFR hanya turun jadi 1,8 anak maka jumlah penduduk 290 juta jiwa dan jika TFR hanya 2,3 anak, maka jumlah pada 2050 menjadi 330 juta jiwa.(*)  

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009