Banyak pelaku sektor pariwisata yang sangat menanti kebijakan ini karena selama tiga bulan terakhir mereka sangat terdampak.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan bahwa pemerintah berencana membuka wisata alam yang berisiko rendah penularan COVID-19.

"Banyak pelaku sektor pariwisata yang sangat menanti kebijakan ini karena selama tiga bulan terakhir mereka sangat terdampak," kata dia saat konferensi video di Jakarta, Senin.

Baca juga: 29 taman nasional-taman wisata alam dibuka bertahap, sebut Menteri LHK

Protokol kesehatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang diusulkan serta disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah disahkan oleh Kementerian Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian COVID-19.

"Diharapkan ini dapat menjadi acuan oleh semua pihak dalam rencana pembukaan pariwisata dan wisata alam," ujar dia.

Kesiapan pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat secara umum dinilai penting sekali di samping kondisi COVID-19 di setiap daerah yang juga harus sudah kondusif, ujar dia.

Baca juga: Wisata alam akan jadi tren di era normal baru

Sejauh ini, Wishnutama melihat persiapan protokol kesehatan di Bali dan Banyuwangi sudah berjalan baik. Diharapkan daerah-daerah lain juga melakukan hal yang sama sebelum membuka sektor pariwisata dan wisata alam di tengah normal baru.

Ia mengatakan pariwisata merupakan sektor yang sangat bergantung pada kepercayaan wisatawan domestik maupun internasional dalam memberikan rasa aman, sehat dan nyaman. Oleh sebab itu, kepercayaan  harus segera dibangun lagi agar pariwisata segera bangkit.

Baca juga: Kemenparekraf sosialisasi normal baru pariwisata via youtube

"Jangan sampai dalam pelaksanaannya nanti malah ada peningkatan kasus baru," ujarnya.

Apabila pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat umum tidak hati-hati dalam membuka pariwisata dan wisata alam saat normal baru,  dampak ekonominya bisa jauh lebih buruk.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020