Jakarta (ANTARA News) - Kemampuan "visuospatial" mungkin merosot bertahun-tahun sebelum seseorang didiagnosis sebagai penderita Alzheimer, demikian hasil satu studi baru di AS, yang dikutip oleh laporan media, Selasa.

Beberapa ilmuwan di AS memilih 444 orang untuk melakukan studi membujur. Semua peserta terbebas dari penyakit hilang ingatan ketika mereka mendaftar untuk studi tersebut dan menjalani pemeriksaan mengenai sejumlah kemampuan kognitif, termasuk kemampuan "visuospatial" --yang berhubungan dengan persepsi pandangan mengenai hubungan ruang di antara benda.

Setelah rata-rata tindak-lanjut selama 5,9 tahun, 134 peserta telah terserang penyakit hilang ingatan. Di antara mereka, 44 peserta menjalani otopsi otak yang mengkonfirmasi bahwa mereka menderita penyakit Alzheimer (pikun).

Para peneliti tersebut berusaha menggunakan data dari penilaian kemampuan daya pengenal untuk memetakan kemerosotan bermacam bagian sebelum para peserta didiagnosis terserang penyakit hilang ingatan, dan mendapat satu tahap perubahan kemampuan "visuospatial" tiga tahun sebelum diagnosis klinik mengenai penyakit hilang ingatan.

Para peneliti juga mendapati bahwa menurunnya kemampuan kognitif secara keseluruhan terjadi pada tahun berikutnya, setelah kemampuan "visuospatial" peserta anjlok, sementara tahap perubahan kemampuan ingatan kerja dan verbal tak terlihat sampai satu tahun sebelum diagnosis.

"Ada beberapa macam pemahaman mengenai studi ini," tulis David K. Johnson, dari University of Kansas, dan tekannya, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.

"Sebagian tanda paling awal mengenai penyakit praklinis mungkin muncul pada serangkaian pemeriksaan `visuaospatial` dan mempercepat kemampuan psikomotor. Selain itu, angka paling besar kemerosotan pra-klinis mungkin terjadi pada tugas perhatian dan pelaksanaan. Semua temuan ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai deteksi dini gangguan kognitif dengan hanya menggunakan tugas memori per-peristiwa, seperti daftar kata atau ingatan paragraf, mungkin tidak sensitif bagi semua kemunculan paling dini penyakit atau bidang perubahan yang paling cepat," katanya.

"Secara ringkas, mempertemukan bukti longitudinal menunjukkan bahwa setelah seseorang berpindah dari jalur yang relatif datar penuaan normal, ada masa pra-klinis dalam penyakit Alzheimer dengan kemerosotan daya kognitif yang tak memadai untuk memberi jaminan kepada diagnosis yang menggunakan kriteris konvensional tapi itu dapat dilihat dengan data longitudinal dari banyak bidang kognitif dan bukan hanya ingatan," tambah mereka.(*)

Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009