Cilacap (ANTARA News) - Banjir lumpur kembali menggenangi jalur selatan Jawa Tengah pada ruas Cimanggu-Majenang kilometer 75+500, Kabupaten Cilacap.

Dari pantauan ANTARA di ruas tersebut, Sabtu petang, kendaraan roda dua maupun roda empat atau lebih yang berasal dari arah Jawa Barat dan sebaliknya harus mengurangi kecepatannya saat melintasi genangan lumpur itu.

Bahkan, beberapa pengendara sepeda motor hampir tergelincir saat melintasi genangan lumpur meski mereka telah mengurangi kecepatannya.

Seorang warga di sekitar lokasi genangan lumpur, Imah (40) mengatakan, genangan lumpur yang datang dari arah bukit di sebelah utara jalan selalu terjadi saat musim hujan.

"Hari ini lumpurnya tidak banyak karena tidak hujan lebat. Kalau kemarin (Jumat, red.) lumpurnya sangat banyak sehingga saluran irigasi di sebelah kiri jalan tersumbat dan akibatnya beberapa rumah di sekitar sini tergenang air," katanya.

Warga lainnya, Yadi (28) mengatakan, wilayah tersebut diguyur hujan lebat terutama di daerah perbukitan, dapat dipastikan akan banyak lumpur yang turun dan menggenangi jalan nasional ini.

Menurut dia, genangan lumpur tersebut terjadi akibat tanah longsor pada lahan milik Perhutani pada 1 Februari silam yang hingga kini belum ditangani secara maksimal.

"Lihat saja bukit yang longsor itu. Dari sini saja masih tampak tanah merahnya karena masih gundul sehingga kalau turun hujan lebat dapat dipastikan lumpurnya akan terbawa ke sini," katanya.

Berdasarkan catatan ANTARA, tanah longsor itu terjadi pada petak 24 hutan pinus milik Perhutani Resor Pemangkuan Hutan Cimanggu, Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Barat.

Longsor itu terjadi pada 1 Februari 2009, mengakibatkan genangan lumpur sepanjang 200 meter dan setinggi mata kaki orang dewasa pada jalur selatan Jateng Km 750+500 pada ruas Cimanggu-Majenang.

Genangan lumpur tersebut terus terjadi sepanjang musim hujan yang lalu dan mengering saat musim kemarau.

Memasuki musim hujan ini, lumpur dari arah bukit kembali menggenangi ruas jalan tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009