Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengimbau semua pihak untuk berpikir dan bertindak jernih dalam menyikapi perkembangan penanganan kasus Bank Century, baik secara politik maupun hukum.

"Saya ingin mengimbau, marilah kita menjernihkan situasi jangan malah memperkeruh. Marilah berpolitik, bukan sekadar berpolitik. Berpolitik untuk kepentingan dan kesejahateraan," katanya dalam jumpa media di Jakarta, Sabtu.

Wapres menyampaikan itu, menanggapi klaim adanya rekaman pembicaraan Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Robert Tantular dalam rapat KSSK Bank Century pada 20-21 November 2008, yang ditemukan anggota Pansus Angket Century Bambang Soesatyo.

Boediono menegaskan, pemerintah sangat menginginkan penanganan kasus Bank Century dilakukan secara baik, tepat dan cepat. Pemerintah mendukung proses hukum dan proses politik yang tengah berjalan.

"Pemerintah tidak ingin ada prasangka tidak baik terhadap pemerintah terkait penanganan kasus Bank Century. Makanya, penanganan dan penuntasannya harus gamblang, jelas dan terbuka," kata Boediono.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menandaskan, dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sama sekali tidak ada pembicaraan antara Menkeu Sri Mulyani dan Robert Tantular.

"Dia hadir, tetapi tidak ikut rapat. Dan kehadirannya di gedung yang sama di lantai berbeda untuk dimintai pertanggungjawaban karena Bank Century bermasalah. Jadi, sebagai prosedur tidak masalah," ujarnya.

Yang ada hanya pembicaraan Sri Mulyani dengan Kepala Unit Kerja Presiden Pengelolaan dan Program Reformasi (UKP3R) Marsilam Simanjutak, dimana keduanya menyebut nama Robert Tantular.

"Apa yang dikesankan seolah-olah ada pembicaraan Sri Mulyani dan Robert Tantular sama sekali tidak benar. Yang benar pembicaraan antara Si Mulyani dan Marsilam Simanjutak," kata Boediono.

Pada kesempatan itu, Boediono menegaskan apa yang dilakukannya saat menjabat Gubernur BI dalam penanganan Bank Century sudah benar.

"Situasi saat itu memang benar-benar gawat, dan perlu ada keputusan cepat namun tepat. Saya pribadi, menilai apa yang saya lakukan sudah benar," tuturnya.

Boediono bahkan menambahkan,"Saya berani mempertaruhkan segalanya baik jabatannya maupun sebagai insan kepada Tuhannya. Saya berani bertaruh dunia dan akherat,".

"Jadi, marilah kita berpikir jernih. Jangan sampai apa yang kita lakukan justru malah membuat apa yang ingin kita capai, yakni penuntasan yang sebenar-benarnya dan secepat-cepatnya, tidak terwujud," kata Wapres. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009