Jakarta (ANTARA News) - Menko Kesra Agung Laksono mengemukakan bahwa pihaknya mendukung terwujudnya pembangunan rumah sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, yang diupayakan bersama antara pemerintah dan rakyat Indonesia.

"Saya akan coba untuk membicarakan lagi dengan para pihak di pemerintahan," katanya ketika menerima delegasi organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia di Jakarta, Senin sore.

Delegasi MER-C Indonesia yang diterima oleh Agung Laksono adalah Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad, Ketua Divisi Konstruksi MER-C Ir Faried Thalib dan beberapa lainnya.

Dalam kesempatan itu Menko Kesra didampingi Deputi Menkos Kesra Bidang Koordinasi kependudukan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup dr Emil Agustiono, M.Kes.

Pada kesempatan itu, ia mengaku bahwa sebagai pejabat baru akan melihat lagi upaya-upaya sebelumnya yang telah dilakukan bersama antara pemerintah dan unsur masyarakat untuk misi kemanusiaan itu.

"Kalau memang ada kendala, akan kita lihat dan pelajari, untuk kemudian dicarikan solusinya secara bersama-sama," katanya dan menambahkan bahwa dirinya saat masih menjabat Ketua DPR-RI, pernah bersama-sama Ketua Parlemen Suriah Mahmoud Al-Abrache dan Ketua Parlemen Iran Ali Larijani bertemu dengan Sayyid Hasan Nasrallah, Sekjen Hizbullah di Lebanon.

Pertemuan dengan pemimpin tertinggi gerakan Hizbullah yang membuat serdadu Israel kalang kabut saat peperangan pertengahan 2006 itu berlangsung awal Januari 2009.

"Untuk melakukan pertemuan itu, saya mesti harus berganti-ganti mobil," kata Agung Laksono.

Ia juga menyatakan akan membicarakan rencana itu dengan Menlu Marty Natalegawa, khususnya bila berkaitan dengan persoalan bagaimana secara diplomasi hal itu dapat dilakukan.

Dalam pertemuan itu, Sarbini Abdul Murad melaporkan sejumlah laporan perkembangan mengenai pengumpulan dana umat Islam dan masyarakat yang diamanahkan kepada MER-C Indonesia untuk mewujudkan rencana pembangunan RS Indonesia di Gaza.

"Saat ini, lebih kurang sudah ada dana sumbangan sebesar Rp15 miliar yang dihimpun MER-C, dan dari pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Depkes) sesuai informasi ada Rp8 miliar," katanya.

Menurut dia, RS Indonesia di Gaza itu berupa pusat trauma dan rehabilitasi dengan bentuk bangunan segi delapan, berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara seluas 1,4 hektare, yang merupakan wakaf dari pemerintah Gaza.

Faried Thalib dari Divisi Konstruksi MER-C menjelaskan bahwa untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza itu bisa dilakukan dengan menggunakan tenaga kontraktor lokal di Gaza dan Mesir dengan pengawasan dari pihak Indonesia.

"Dengan pola ini, maka manfaat ekonomi juga bisa dirasakan oleh pihak Mesir dan Palestina karena bahan-bahan material yang dibutuhkan bisa dibeli di Mesir dan dikerjakan oleh kontraktor lokal di Gaza," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Depkes dr Rustam S Pakaya dalam sebuah pertemuan dengan berbagai pihak di antaranya Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri (Deplu) Aidil Chandra Salim, dr Joserizal Jurnalis, SpOT dan Ir Faried Thalib dari "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, serta Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan Ibnu Purna Muchtar, SE, MA, menyatakan bahwa persiapan pembangunan RS Indonesia di Gaza itu membutuhkan dana lebih kurang Rp40 miliar.

Rinciannya sebanyak Rp20 miliar untuk pembangunan fisik dan Rp20 miliar untuk alat kesehatan (Alkes).

Dana yang tersedia saat ini, yakni baik dari pemerintah maupun yang dihimpun MER-C masih membutuhkan tambahan belasan miliar lagi.

Setelah mendengarkan usulan yang terlontar dalam pertemuan itu, Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan Ibnu Purna Muchtar memberikan saran agar dilakukan pertemuan lanjutan atas inisiatif Depkes untuk mengundang Dirjen Anggaran Depkeu, Depsos, dan MER-C untuk dapat memenuhi dana yang masih dibutuhkan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009