Jakarta (ANTARA News) - Mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda S Goeltom mengatakan, krisis ekonomi global 2007-2008 akan lebih besar dibandingkan krisis ekonomi 1997-1998 sehingga BI harus mengambil langkah preventif.

"Saya berpendapat lain, dampak krisis ekonomi global ini akan jauh lebih besar. Hal ini tidak terjadi karena kami mengambil langkah preventif," kata Miranda saat menjawab pertanyaan Panitia Khusus Hak Angket Bank Century Anna Mu`awanah di Jakarta, Selasa.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini melihat dampak krisis global ini tidak begitu terasa karena kenaikan suku bunga bank yang tidak besar berbeda dengan 1997-1998 yang naik hingga 100 persen.

"Dampak krisis global ini tidak terlalu terlihat, berbeda dengan krisis moneter 1998 lalu anak kecil saja tahu terjadi krismon (krisis moneter)," katanya.

Miranda mengatakan dampak krisis global yang telah dirasakan adalah ketatnya likuiditas perbankan sehingga bank kecil seperti Century sulit mendapatkan pendanaan lewat pinjaman antarbank.

"Kesulitan likuiditas karena ketidakpercayaan. Di perbankan ada bank pemberi dan penerima dalam transaksi antarbank. Antarbank BUMN, periode kesulitan penurunan pinjaman turun hingga 93 persen, bahkan antarbank kecil turun 100 persen," katanya.

Kondisi ini, menyebabkan bank kecil seperti Bank Century tidak mempunyai likuiditas untuk masuk ke pasar uang antar bank (PUAB).

Miranda juga mengatakan bahwa gagalnya Bank Century adalah akibat korban krisis ekonomi global dan masalah manajemen yang buruk.

Mantan deputi senior gubernur BI menjelaskan, walaupun Bank Century memiliki aset yang kecil di tengah kondisi krisis bisa menimbulkan dampak sistemik. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009