Sanaa (ANTARA News/AFP) - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh hari Kamis mengumumkan gencatan senjata dalam operasi militer enam bulan untuk menumpas pemberontak Syiah dalam konflik yang telah meluas ke wilayah Arab Saudi di utara.

Gencatan senjata itu mulai berlaku pada tengah malam waktu setempat (Jumat pukul 04.00 WIB), kata Saleh, dalam sebuah dekrit yang dibacakan di televisi pemerintah.

"Kami memutuskan menghentikan operasi militer di wilayah baratlaut mulai tengah malam," kata presiden tersebut.

Saleh menyampaikan pengumuman itu setelah laporan-laporan bahwa pemerintah dan pemberontak Zaidi Syiah, yang juga dikenal sebagai Huthi, hampir mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Gencatan senjata itu dimungkinkan setelah pemberontak menyetujui enam syarat yang diajukan oleh pemerintah bagi penghentian permusuhan.

Meski demikian, seorang pejabat mengatakan kepada AFP sebelumnya Kamis, 12 prajurit Yaman dan 24 pemberontak Syiah tewas dalam bentrokan hebat di provinsi Amran sebelah utara Sanaa, ibukota Yaman.

Pertempuran itu meletus pada Rabu malam di daerah Burkat al-Shamsi setelah serangan mendadak pemberontak.

Bentrokan-bentrokan terpisah terjadi hampir bersamaan di daerah pinggiran Al-Uqab kota Saada, ke arah utara lagi, menewaskan tujuh prajurit dan 11 pemberontak.

Pertempuran terakhir itu terjadi meski telah ada pengumuman akan segera dicapai kesepakatan untuk mengakhiri perang.

"Sebuah perjanjian antara pemerintah dan (pemberontak) Huthi akan dicapai dalam waktu dekat," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.

Kelompok pemberontak Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok itu sejak 2004.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain pemberontakan, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

Orang-orang suku di kawasan miskin Yaman seringkali melakukan penyanderaan untuk menekan pemerintah agar memberikan bantuan, pekerjaan, atau membebaskan orang-orang suku rekan mereka yang ditahan.

Lebih dari 200 warga asing diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir.

Hampir semua orang yang diculik itu dibebaskan tanpa cedera setelah penengahan yang melibatkan pemimpin-pemimpin suku.

Namun, pada 2000, seorang diplomat Norwegia tewas terperangkap dalam tembak-menembak, dan pada 1998 empat orang Barat tewas tertembak ketika militer berusaha membebaskan mereka dari kelompok muslim garis keras yang menyandera 16 wisatawan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010