Kudus (ANTARA News) - Warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, masih menyelenggarakan tradisi "ampyang" Maulid untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekaligus melestarikan budaya lokal berusia puluhan tahun.

Wartawan ANTARA, di Kudus,melaporkan tradisi "ampyang" biasa dikenal oleh warga setempat sebagai tradisi untuk memperingati hari kelahiran nabi dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan "ampyang" atau krupuk yang diarak keliling desa, sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di Desa Loram Kulon.

Karena dianggap bagian dari tradisi warga setempat, konsep perayaan dari waktu ke waktu tidak pernah mengalami perubahan.

Peserta kirab tradisi "ampyang" terdiri dari, kelompok pelajar dari sejumlah sekolah tingkat SLTP dan SLTA, murid Taman Kanak-kanak (TK), puluhan aktivis mushola, organisasi massa (Ormas), dan pengusaha lokal.

Masing-masing peserta, menampilkan sejumlah kesenian, seperti permainan egrang, drum band, tong tek, musik rebana, permainan menggunakan cangkang siput yang menghasilkan bunyi seperti alat musik gesek.

Selain itu, peserta kirab juga ada yang menampilkan miniatur Menara Kudus dan gunungan ampyang yang dihiasi dengan sejumlah hasil bumi, seperti buah-buahan dan sayur mayur.

Peserta kirab yang lain juga ada yang menampilkan sosok Ratu Kalinyamat, sejumlah ulama kharismatik dari desa setempat dan sejumlah punggawa dari Kerjaan Mataram yang pernah memimpin pemerintahan desa setempat.

Setelah sampai ke Masjid Wali, nasi kepel yang sebelumnya diarak keliling desa diserahkan kepada pengurus Masjid Wali At Taqwa oleh Bupati Kudus Musthofa Wardoyo, sebagai ritual yang selama ini dijalankan.

Selanjutnya, "ampyang" juga diserahkan kepada pengurus Masjid Wali At Taqwa diwakili oleh pejabat Badan Perwakilan Desa (BPD) setempat.

Setelah semua sesaji terkumpul, ulama setempat memimpin doa bersama, sebelum nasi bungkus dan "ampyang" tersebut dibagikan kepada warga setempat untuk mendapatkan berkah.

Ketua panitia tradisi "Ampyang" Maulid, Anis Aminudin mengatakan, tradisi "ampyang" maulid merupakan tradisi turun temurun yang tetap dilestarikan oleh warga sekitar.

"Dengan adanya kegiatan tradisi `ampyang` maulid, diharapkan warga sekitar tetap instropeksi diri dan berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad," ujarnya.

Dengan meneladani kemuliaan Nabi Muhammad, diharapkan warga sekitar semakin bertaqwa, beriman, dan bersikap arif serta bijaksana dalam pergaulan sosialnya.

Sebelum sampai pada puncak kegiatan tradisi "ampyang" maulid, kata dia, pemerintah desa setempat juga menggelar Loram "ekspo" untuk menggali potensi warga sekitar dengan menyediakan 30 stan.

Sedangkan jumlah peserta kirab, katanya, berkisar 600-an peserta yang terbagi atas 30 kelompok.

Bupati Kudus Musthofa Wardoyo mengatakan, potensi lokal di seluruh desa di Kabupaten Kudus mendapat kesempatan untuk membangkitkan potensi yang dimiliki.

"Semua pihak, dituntut untuk kerja keras guna mengangkat budaya masing-masing," ujarnya.

Demikian halnya, tradisi "ampyang" maulid di Desa Loram Kulon, kata dia, harus tetap dilestarikan dan dijaga, karena desa ini menjadi parameter bagi desa lain.

"Kebersamaan harus dijaga, agar semua cita-cita untuk melestarikan kebudayaan lokal bisa terwujud," ujarnya.
(U.PK-AN/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010