Medan (ANTARA News) - Sejumlah negara, khususnya China, mulai melakukan tindakan mengamati atau wait and see menyusul harga karet khususnya jenis SIR 20 di pasar internasional yang bertahan menguat di atas 3 dolar AS per kg.

"Dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, permintaan agak sepi khususnya dari China diduga karena harga karet bertahan tinggi di atas 3 dolar AS per kg," kata Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Santo Sumono, di Medan, Minggu.

Santo Sumono yang eksekutif PT Wipolimex Raya itu baru terpilih menjadi Ketua Gapkindo Sumut periode 2010-2013 menggantikan H Fauzi Hasballah.

Meski agak sepi pembeli khususnya di pasar bursa, tetapi harga karet di pasar internaisonal itu diduga akan tetap bertahan di atas 3 dolar AS per kg.

Harga yang bertahan mahal itu sendiri merupakan dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan di sentara produsen karet di Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen karet utama dunia.

Di Sumut misalnya, semakin sulit mendapatkan getah karet akibat kemarau yang kemudian berdampak pada mahalnya harga bahan olah karet (bokar) di daerah itu.

Harga bokar di pabrikan Sumut akhir pekan ini misalnya sudah mencapai Rp25.000 - Rp26.000 per kg.

Kesulitan pasokan karet juga terjadi di Thailand. "Terjadi short covering karet di Thailand," katanya.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo yang terpilih kembali dalam periode kepengurusan 2010-2013 itu, Edy Irwansyah, mengatakan, harga penutupan karet di bursa Singapura 8 April untuk Mei 2010 sebesar 3,295 dolar AS per kg dan untuk Juni 3,291 dolar AS per kg.

Harga ekspor bahkan sempat mencapai 3,3 dolar AS per kg karena pasokan yang ketat dan permintaan yang masih bagus sejak akhir tahun 2009.

"Pasokan karet memang masih ketat, tetapi ekspor karet dan barang dari karet Sumut dua bulan pertama 2010 naik cukup signifikan atau 133,61 persen dibandingkan periode sama tahun 2009," katanya.

Data BPS Sumut menunjukkan, pada Januari-Februari 2010, nilai ekspor karet dan barang dari karet mencapai 338,023 juta dolar AS dari periode sama tahun lalu 144,695 juta dolar AS dengan ekspor terbesar antara lain ke AS dan China.

Pedagang pengumpul karet Sumut, M.Harahap, menyebutkan, pasokan bokar masih belum banyak apalagi kemarau cukup berkepanjangan dan kalau pun ada hujan turunnya sangat deras sehingga tetap saja menyulitkan penderesan getah.

"Pedagang masih saling berebut mendapatkan bokar karena permintaan dari pabrikan cukup banyak," katanya.
(T.E016/S015/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010