Pesawaran (ANTARA News) - Bebek hutan di habitat aslinya di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, terancam punah akibat menyempitnya lingkungan asli mereka.

"Satwa langka dan dilindungi di dunia populasinya semakin berkurang, ditambah terancam punahnya habitat asli kawanan satwa unik tersebut," ujar aktivis Forum Masyarakat Pesisir (Formasir) Lampung, Fadliansyah Nur, di Pesawaran, Minggu.

Ia mengatakan, perkembangan tambak yang berada di Muarabawang, Pesawaran, akan mempersempit habitat hewan langka itu dan menekan populasinya.

"Banyaknya tambak yang dibangun di sekitar daerah tersebut membuat habitat serta populasi satwa langka dan unik tersebut terancam punah," kata dia.

Nur melanjutkan, di sinilah peran pemerintah kabupaten, jangan hanya mengambil keuntungan dari tambak sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) saja, namun harus juga harus memerhatikan lingkungan.

Sebab, lanjut dia, dengan rusaknya hutan mangrove (bakau) di Muarabawang tersebut akan menimbulkan banyak kerugian terhadap masyarakat di sekitarnya yang menggantungkan hidup dari laut seperti nelayan dan petani rumput laut.

Warga Desa Bawang, Hipni Idris, mengatakan, baru-baru ini pengusaha tambak telah mengukur lebih kurang 90 hektare hutan mangrove akan dijadikan tambak.

"Panjang dari pinggir pantai 50 meter dan selebihnya akan di bangun tambak sebagai usaha miliknya," ujar dia.

Sedangkan untuk bebek hutan, lanjut dia, kami tidak mengetahui apabila bebek yang berukuran lebih kecil dari bebek piaraan itu merupakan satwa dilindungi.

Warga di daerah itu pun tidak tahu, bahkan sebagian besar masyarakatnya menyebut bebek hutan tersebut sebagai belibis.

Berdasarkan data, populasi bebek hutan yang ada di Muarabawang, Desa Bawang, PunduhPidada, Kabupaten Pesawaran, tinggal puluhan ekor saja, sedangkan di Taman Nasional Way Kambas pun populasinya hanya tersisa 75 ekor.

(T.AS*T013/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010