Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 20 orang warga negara Indonesia di Thailand yang sebelumnya direlokasi ke daerah aman akibat kerusuhan di Thailand akhirnya pulang ke apartemen masing-masing.

"Benar mereka sudah pulang ke apartemen masing-masing. Hal itu karena KBRI menyimpulkan situasi di Thailand sudah berangsur membaik. Para WNI itu secara sukarela pulang kembali ke rumahnya dengan difasilitasi KBRI dan aparat keamanan lokal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tengku Faizasyah, di Jakarta, Sabtu.

Sebelumnya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand, memindahkan 43 orang warga negara Indonesia dari tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan lokasi bentrok yakni di apartemen di Pecthburi Road ke daerah yang lebih aman.

Faiza mengatakan ada rencana memulangkan WNI lain yang direlokasi KBRI namun hal tersebut tergantung situasi di lapangan. "Saat ini kami masih memantau keadaan di Thailand melalui laporan KBRI," katanya.

Terdapat sekitar 1.773 orang WNI di Thailand dimana 1.504 orang diantaranya bertempat tinggal di Kota Bangkok. KBRI sudah menghimbau warga Indonesia di Thailand untuk menghindari daerah-daerah rawan kerusuhan di Bangkok yakni Witthayu, Rachaprarop, Pratunam, Petchburi, Silom, Bon Kai, Sathorn, Din Daeng, Lumpini Park dan Sala Daeng.

Sementara itu, tentara Thailand hari Sabtu (22/5) terlihat mencari bahan-bahan peledak di sekitar daerah kerusuhan sedangkan para petugas pemadam kebakaran sibuk menyiram bara di toko-toko mewah yang dibakar di pusat Bangkok. Sebagian petugas juga berusaha membersihkan serpihan-serpihan setelah kerusuhan politik terburuk di dalam sejarah modern Thailand.

Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva menandaskan pentingnya rekonsiliasi dalam pidato Jumat (21/5), namun tanpa menawarkan penyelenggaraan pemilu dini, yang menjadi tuntutan utama para pemrotes yang menggelar unjukrasa di Bangkok selama dua bulan, sampai tentara membubarkan mereka dalam pekan ini.

Para pemrotes `Baju Merah` yang menimbulkan kerusuhan di Bangkok sebagian besar datang dari daerah perdesaan dan masyarakat miskin kota.

Mereka menginginkan pemilu baru, dan mengatakan mereka didorong oleh elit kota yang menguasai semua kekuasaan dan mengabaikan pada kemakmuran negara.

"Baju Merah mengatakan Abhisit kurang poluler setelah tampil berkuasa dalam pemungutan suara yang kontroversial di parlemen pada 2008, dengan dukungan diam-diam dari militer."

Pemerintah mengatakan, para pemrotes dimanipulasi oleh tokoh gerakan, mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang ditumbangkan dalam kudeta pada 2006 dan kini hidup di pengasingan guna menghindari hukuman penjara karena kasus penyelewengan kekuasaan.

Aksi penumpasan dilakukan militer sejak sebelum fajar Rabu, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai hampir 100 lainnya.

Pusat Medika Darurat Erawan mengatakan, 53 orang tewas dan 415 lainnya cedera dalam aksi kekerasan yang marak pada 14 Mei itu. (A051//B013)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010