Pretoria (ANTARA News) - Penyerang Argentina Lionel Messi boleh saja menjadi salah satu pemain yang paling ingin ditonton oleh penggila bola, namun kekuatan dan kelemahan pelatih Diego Maradona-lah yang akan menentukan penampilan tim Amerika Selatan ini dalam final Piala Dunia.

Argentina jelas menjadi tim favorit di Grup B di atas Nigeria, Yunani dan Korea Selatan namun orang akan menyoroti laga pembuka mereka untuk melihat apakah Maradona, pelatih yang tidak berpengalaman, bisa membuktikan keunggulan timnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Sebagai pemain, Maradona acapkali memicu kontroversi dalam Piala Dunia --gol "tangan tuhan" pada final 1986 yang mengantarkan Argentina meraih kemenangan, dan didepaknya dia dari turnamen 1994 akibat tidak lolos tes doping, membuatnya selalu menjadi berita utama media.

Kali ini, keputusannyalah yang menjadi sorotan dan ia jelas tidak bermain aman saat meninggalkan pasangan kawakan Inter Milan Javier Zanetti dan Esteban Cambiasso.

Meski demikian anak-anak asuh Maradona terbukti mampu meninggalkan penampilan yang tidak mengesankan saat di babak kualifikasi. Dengan taburan pemain bertalenta, terutama Messi, tim ini menjadi salah satu pesaing berat bagi siapa pun yang ingin merebut gelar Piala Dunia.

Nigeria adalah lawan mereka saat laga pembuka di babak grup. Tim Afrika yang gagal masuk final empat tahun lalu dinakhodai oleh penyerang Nwankwo Kanu dan pelatih Swedia Lars Lagerback.



Tantangan besar

Skuad Nigeria diisi oleh pemain yang setiap minggu tampil di liga-liga utama Eropa, yang membuat mereka percaya diri akan mampu menghadapi tantangan besar.

Tim Yunani saat memenangi Euro 2004 membuktikan bahwa, meski tanpa pemain bernama besar, pelatih Jerman Otto Rehhagel mampu membawa mereka meraih hasil terbaik dengan kerja keras. Tim ini menyingkirkan Ukraina pada babak playoff kualifikasi Piala Dunia.

Menarik untuk disimak, setelah kegagalan mempertahankan titel Eropa dua tahun lalu, apakah Rehhagel, pelatih berusia 71 tahun itu pada Piala Dunia pertamanya mampu mengungkit kembali semangat juang dan disiplin taktik enam tahun lalu.

Korea Selatan, semifinalis saat menjadi tuan rumah bersama Jepang delapan tahun silam, tampil kurang memuaskan pada turnamen 2006. Namun tim ini disesaki oleh pemain yang memiliki pengalaman di liga Eropa seperti kapten Park Ji-Sung dari Manchester United.

Setelah diasuh oleh pelatih Belanda Guus Hiddink dan Dick Advocaat pada dua Piala Dunia sebelumnya, tim Negeri Ginseng ini sekarang diasuh oleh pelatih lokal Huh Jong-Moo yang diharapkan mampu membuat pendekatan yang lebih konservatif.

Huh akan bertemu dengan Maradona untuk pertama kalinya sejak pertemuan mereka di lapangan hijau pada final 1986. Saat itu Maradona menyebut lawannya itu menampilkan "taekwondo bukan sepak bola".

Kali ini Argentina bisa berharap melihat penampilan sepak bola dari tim Korea.
(S022/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010