Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo mengatakan, adanya krisis kepemimpinan saat ini dapat mengancam keberadaan pluralisme di Indonesia.

"Ancaman keretakan pluralisme menjadi serius ketika kewibawaan negara tunduk kepada kapitalis dan radikalis," tegasnya pada acara diskusi bertema "Masih Adakah Pluralisme di Indonesia?" di Megawati Institute, Jakarta, Kamis.

Benny mengatakan, keretakan toleransi yang terjadi di Indonesia karena negara cenderung absen dan membiarkan kekerasan terjadi dimana-mana.

Hal tersebut, menurut dia, akan terus berlanjut jika pemimpin terus bersikap pasif dan tidak tegas dalam menjaga sikap Bhineka Tunggal Ika.

"Negara telah gagal mengolah pluralisme menjadi pola pikir dan cara bernalar masyarakat di Indonesia," menurut dia.

Senada dengan penilaian tersebut, Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Kiki Syahnakri yang juga menjadi pembicara dalam acara itu mengatakan, lemahnya kepemimpinan di Indonesia dapat menyebabkan hilangnya pluralisme di Indonesia.

Ia juga mengatakan, minimnya kesiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi era reformasi telah menghilangkan kewaspadaan terhadap sistem pemerintahan yang kini cenderung menjadi liberal sehingga peran negara berkurang.

"Hal tersebut memberi peluang kepada ideologi lain selain Pancasila masuk ke dalam dan menghilangkan budaya Pancasila," katanya.

Kiki menilai, harus ada keberanian untuk mengubah ideologi bangsa kembali pada Pancasila yang menjunjung tinggi pluralisme.

Hanya Pancasila, tambahnya, yang menghormati pluralisme dan untuk merealisasikan pengembalian Pancasila menjadi ideologi Indonesia dibutuhkan kepemimpinan yang kuat. (ANT-006/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010