Brussels (ANTARA News/Reuters) - Pembangkang Kuba Guillermo Farinas, yang tahun ini melakukan mogok makan dalam waktu lama dan telah membantu menekan Havana untuk membebaskan para tawanan politik, Kamis, telah diberi penghargaan hak asasi manusia Parlemen Eropa.

Farinas, psikolog, wartawan dan bekas tentara berusia 48 tahun, telah melakukan lebih dari 20 kali mogok makan karena bermacam alasan, termasuk kampanye melawan penyensoran Internet di Kuba.

Uni Eropa, bersama dengan Amerika Serikat (AS), telah lama menekan Havana untuk membebaskan tawanan politik, meningkatkan hak asasi manusia dan bergerak ke arah demokrasi.

"Farinas siap berkorban dan membahayakan kesehatan dan hidupnya sendiri sebagai alat tekanan untuk mencapai perubahan di Kuba," kata presiden Parlemen Eropa Jerzy Buzek pada majelis ketika mengumumkan Penghargaan Sakharov itu.

Uni Eropa yang memiliki 27 negara anggota telah mencabut sanksi diplomatik terhadap Kuba, negara 11 juta orang, pada 2008 tapi terus membekukan kerjasama ekonomi dengan pulau itu karena keadaan menyedihkan para tawanan politiknya.

Spanyol telah mendesakkan hubungan EU yang lebih dekat dengan pemerintah Havana, tapi negara anggota lainnya sejauh ini menentang perubahan kebijakan itu, dan sebuah kelompok HAM Kamis meminta EU untuk meneruskan tekanan terhadap Kuba.

"Hadiah ini mengirim pesan pada pemerintah Eropa bahwa hubungan dengan Kuba tidak dapat dipulihkan secara penuh hingga ada kemajuan yang signifikan dalam HAM," ujar Reed Brody, seorang jurubicara kelompok Human Rights Watch yang bermarkas di New York.

Havana -- yang menganggap tawanan politiknya merupakan prajurit upahan yang bekerja untuk musuh ideologi dalam waktu lama AS -- setuju pada Juli lalu untuk membebaskan beberapa puluh tawanan politik dan mengirim mereka ke Spanyol berdasar perjanjian yang diperantarai oleh Gereja Katolik.

Pengumuman mengenai perjanjian itu telah mendorong Farinas untuk mengakhiri mogok makan 135 harinya.

Hadiah Andrei Sakharov, nama seorang pembangkang Uni Soviet, senilai 50.000 euro itu diberikan pertama kali pada 1988. Tahun lalu, untuk meneruskan kenangan itu, sebuah kelompok Rusia berkampanye melawan penyalahgunaan kekuasaan. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010